Double update sesuai permintaan, jadi tolong jangan jadi sider ya, minimal vote untuk menghargai penulis.
Selamat membaca.- - -
Rosie merenung di dalam kamarnya dalam keadaan ruang yang gelap gulita. Jendelanya pun dibiarkan terbuka, hanya dibatasi oleh tirai tipis berwarna putih yang kini bertebangan akibat angin.
Bak sedang melanglang buana, pikiran Rosie sangat sibuk memikirkan segala hal dalam hidupnya, utamanya Victor dan Jimin. Hubungannya dengan Jimin baik baik saja, namun Rosie tidak bisa menyangkal ada debaran aneh tiap kali ia berdekatan dengan Victor.
Cara Victor membuatnya menyukai hujan, sesaat membuat Rosie tersenyum mengingatnya. Namun semua kehangatan yang diberikan Jimin seolah masih menjadi tameng bagi Rosie hingga saat ini.
Rosie tergerak mencari ponselnya, dengan cepat jemari lentiknya menari di atas papan ketik memencet dial nomor milik Jimin. Rosie mengatur napasnya saat nada sambung mulai terdengar, juga sapaan Jimin di seberang sana.
"Hai, sayang."
"Hai."
"Ada apa? Suaramu terdengar resah, kau baik baik saja?"
"Aku baik, hanya sedikit kurang sehat."
"Beristirahatlah dengan baik, Rosie."
"Jangan membuatku khawatir."
"Maaf, maafkan aku."
"Tidak masalah, seharusnya aku di dekatmu agar aku bisa menjagamu."
"Ya, seharusnya kau disini. Mencegah semua yang terjadi." lirih Rosie sambil menitikkan air matanya.
"Aku tak bisa mencegahnya lagi, karena sudah terjadi itu artinya aku terlambat. Minum obatmu, setidaknya jika aku tidak mencegahmu, aku memulihkanmu."
"Aku obatmu juga, 'kan?"
Rosie menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan menangis lebih keras, sungguh ia merasa bersalah pada Jimin atas semua ini.
"Rosie?"
"Ya, kau obatku. Kau akan selalu menjadi obatku."
"Benarkah? Kau tidak akan berganti obat?"
"Tidak."
"Baiklah ku hargai kesetiaanmu."
"Disana pasti sudah pukul 10 malam, tidurlah Rosie. Kau butuh istirahat."
"Jimin-ah."
"Ya?"
"Bagaimana jika aku melakukan kesalahan?"
"Maka aku akan memaafkanmu."
"Jika kesalahanku sangat besar?"
"Aku akan mencubitmu kemudian memelukmu sambil berkata aku memaafkanmu."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
"Terima kasih. Aku akan tidur sekarang, selamat malam, aku mencintaimu."
"Aku lebih mencintaimu, Rosie. Selamat malam."
Tutt!!
Rosie melempar asal ponselnya kemudian menutup wajahnya dengan bantal guna meredam suara tangisnya. Rasanya sakit saat mendengar kalimat Jimin yang penuh dengan kehangatan juga keceriaan, Rosie sama sekali tak berani membayangkan reaksi Jimin jika ia tahu bahwa Rosie menyukai pria lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
Fiksi PenggemarMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...