Duduk di sofa dengan Rosie disebelahnya, Victor mengambil napas beberapa kali sebelum menerima telepon dari Andrew. Rosie dapat melihat kegugupan yang sangat kentara di wajah Victor, kemudian tangannya terangkat mengusap lembut punggung Victor.
"Lakukan, sayang." Kata Rosie dengan lembut.
Victor mengangguk singkat dan sedetik setelah ia menerima panggilan tersebut, layar laptopnya menunjukkan wajah Andrew yang tampak tegas dan sedikit mengintimidasi.
"Kau menghubungiku beberapa kali, kau ingin membicarakan sesuatu?" Tanya Andrew tanpa basa-basi.
"Benar, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Katakan!"
"Aku tidak akan berbasa-basi. Tuan Andrew Bailey dan mendiang Nyonya Tiffany Bailey, dengan izin dan restu kalian aku ingin mempersunting putri kalianㅡ Rosie Bailey sebagai istri dan pendampingan hidupku untuk selamanya, di kehidupan ini dan nanti."
Menjeda ucapannya, Victor meraih tangan kiri Rosie di mana cincin indah itu bertengger di jari manisnya. Obsidian kelamnya menatap Andrew dengan mantap, kemudian kembali bersuara.
"Dengan cincin ini dan dihadapanmu juga, aku dengan sadar dan yakin bahwa aku ingin mempersuntingnya bukan hanya sekedar kata-kata. Menjadikannya pasangan hidupku yang akan berbagi suka duka bersamaku, di hari ini hingga hari tuaku nanti."
Di seberang sana Andrew tersenyum tipis melihat Victor dan Rosie, tanpa ragu ia mengangguk. "Aku bersedia menyerahkan putriku untukmu, segera putuskan kapan pernikahan kalian akan berlangsung."
Rosie yang hendak protes karena ucapan Andrew, lantas menahan diri saat Victor langsung menyetujui ucapan Andrew begitu saja.
"Tahun ini, tanggal 15 Mei. Di Gereja Lawrence, pagi pukul 8." Jawabnya mantap.
"H-hei? Kita belum menyiapkan apapun!"
Tangan kanan Victor mengusap lembut pelipis Rosie, kemudian tersenyum dengan pandangannya menatap manik kecoklatan milik Rosie. "Aku akan menyiapkannya, jangan pikirkan itu."
"Kenapa 15?"
Suara Andrew menginterupsi perhatian Victor dan Rosie, awalnya keduanya saling melempar pandang, namun setelahnya Victor buka suara.
"Aku menyukai angka 10, sedangkan Rosie menyukai angka 5. Jadi, aku mengambil tanggal 15."
Rosie mengalihkan pandangannya dari Victor sambil menggigit bibir dalamnya kuat-kuat untuk menahan senyumannya, entah darimana Victor mengetahui itu padahal ia tak pernah mengatakan hal itu sebelumnya. Apa Victor memperhatikannya sejelas itu?
"Baiklah, aku setuju. Hanya ada dua minggu lagi untuk sampai di tanggal itu, aku akan membantu kalian untuk menyiapkan semua kebutuhan. Kalian hanya melakukan janji suci di gereja dan pulang atau ingin mengadakan sedikit pesta?"
"Ku pikir pesta akan menyenangkan." Jawab Rosie sambil membayangkan keseruan pesta itu.
"Baiklah, kau ingin mengadakan pesta di mana?"
"Um, Victor?"
Victor terkekeh geli saat Rosie menoleh ke arahnya dengan tatapan polos. "Di pantai saja."
"Baiklah, pantai."
"Ngomong-ngomong seingatku Gereja Lawrence itu dekat dengan pantai, 'kan?" Tanya Rosie.
"Ya, itu akan memudahkan kalian untuk datang. Aku akan menyiapkan dekorasi di sana jika kalian setuju."
"Kami setuju."

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanfictionMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...