XIV

662 152 8
                                    

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Victor dan Rosie pergi menuju tempat pelatihan kuda. Keduanya ingin mencoba menunggangi kuda. Jinan dan Jisella tidak mengikuti dua orang itu, Jinan sibuk membersihkan apartemennya dan Jisella sibuk mengurus restorannya dari jauh.

"Kenapa terlihat sepi?" tanya Victor sambil memasuki tempat pelatihan kuda bersama Rosie.

"Entahlah, mungkin karena kuda besi lebih nyaman ditunggangi." balas Rosie yang masih melihat keadaan sekitar.

"Diamlah disini, aku akan mencari pemiliknya."

Rosie mengangguki ucapan Victor dan memilih melihat jajaran kuda di depannya, sedangkan Victor berjalan ke arah Barat untuk menghampiri orang yang Victor kira sebagai pemilik tempat ini.

"Membosankan."

"Hanya ada hitam dan coklat. Apa tidak ada kuda yang seperti rambutku? Pirang tampak cantik bukan?"

"Siramkan saja cat putih pada kudamu." sahut Victor yang datang bersama pelatih dari tempat itu.

"Ayo mas, mbak lewat sini."

Meski berjalan mengikuti sang pelatih, dahi Rosie berkerut dalam kemudian menoleh pada Victor yang berjalan seperti biasa, angkuh.

"Apa itu 'mas mbak'?" tanya Rosie.

"Itu sama dengan tuan dan nona, bodoh!" ledek Victor.

"Jangan menyebutku bodoh! Aku tidak tau, aku hanya tau 'aa dan eneng' bukan yang lainnya."

"Alasan." tukas Victor yang kemudian melangkah lebih cepat.

Di belakang Victor, Rosie terus menyumpah serapahi pria dengan senyum kotak itu. Entah sejak kapan keduanya sedekat ini, yang pasti setelah dekat Victor jauh lebih menyebalkan menurut Rosie.

"Tupai macam apa kau ini? Tupai selalu cepat, tapi kau? Siput!" seru Victor yang mulai menggunakan peralatan keamanan.

"Aku tak peduli karena aku bukan tupai." ketus Rosie.

"Tapi kau seperti tupai saat makan."

"Aku tidak sedang makan."

"Tetap saja tupai."

"Kau bilang saat makan, itu artinya di luar kegiatan makan aku tetaplah manusia."

"Jadi kau mengakui bahwa kau seekor tupai saat makan?"

"Kenapa kau memperhatikanku sedetail itu? Kau menyukaiku?"

"Haha jangan mengalihkan pembicaraan, nona. Katakan saja jika kau kalah." cibir Victor yang kemudian menunggangi salah satu kuda.

"Aish bedebah itu." gumam Rosie.

Rosie diam memperhatikan kuda kuda yang berjajar di depannya, sungguh tak ada yang menarik. Melihat itu Victor merasa geram, gadis pirang itu hanya diam dan menoleh ke kanan dan kiri.

"Hei Rosie! Cepatlah!" seru Victor.

"Tunggu, aku belum menemukan kudaku."

"Ambil saja secara acak apa susahnya?"

Rosie menatap Victor dengan kesal, gadis itu melangkah mendekat ke arah Victor dengan tangan terlipat didada.

"Carikan kuda yang cocok untukku atau aku akan ikut menaiki kudamu!" tekan Rosie dengan mata tajamnya.

Victor mendecih dibuatnya,

"Kau pikir aku peduli?"

"Baiklah."

Saat Rosie bersiap naik ke kuda Victor, Victor buru buru menahan gadis itu dan kembali turun dengan wajah masam.

"Ck, menyusahkan." decak Victor yang kemudian berjalan mencari kuda yang cocok untuk Rosie.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang