XXXV

376 106 0
                                    

Hari esok telah datang, namun rasanya tidak ada keadaan yang baik-baik saja, semuanya terasa begitu buruk. Rosie masih setia duduk di balkon kamar sejak tengah malam, ya, Rosie tidak tidur dengan alasan tidak mengantuk. Saat ini matahari baru menampakkan sinarnya, belum wujudnya. Burung-burung mulai bersiul dan beterbangan, namun sepanjang Rosie menatap rumah-rumah di depannya belum ada lampu ruangan yang menyala, itu artinya orang-orang masih tertidur.

Rosie menghela napas panjang, kemudian menyilangkan kakinya. Sedari tadi ia sama sekali tak melakukan apapun, hanya diam dan melamun. Berita tentang dirinya semakin menyebar luas, namanya semakin kotor, meskipun Rosie tidak dapat menyangkal bahwa sebagian dari isi berita itu adalah benar. Hanya saja Rosie merasa heran, mengapa penulis itu seakan-akan memojokkan Rosie? Seakan-akan Rosie adalah wanita yang haus akan rasa cinta.

Dalam hal ini, Victor juga bersalah, Victor juga terlibat, namun mengapa hanya ia yang disalahkan? Bagaimana kejamnya komentar jahat di media sosialnya, mengapa Victor tidak mendapatkannya? Mengapa harus ia yang menanggung semuanya? Mengapa?

Saat itu mereka bertemu dengan kesan yang buruk, selalu berdebat, namun Victor dengan konyolnya meminta Rosie untuk memutuskan hubungannya dengan Jimin. Meski berusaha menyangkal semua ucapan Victor, namun hatinya tidak bisa berbohong. Debaran yang ia rasakan saat bersama Victor itu cukup menggelikan jika diingat.

Di sisi lain Rosie sadar dengan benar bahwa kesalahannya pada Jimin mungkin tidak pantas untuk dimaafkan. Rosie tidak tahu bagaimana reaksi Tuan dan Nyonya Park apabila mengetahui hal ini, apakah mereka akan mengutuk Rosie atau mencoba memahami. Namun, untuk mencoba memahami sepertinya terdengar mustahil, mengingat bagaimana Rosie menghancurkan kepercayaan putranya mungkin membuat mereka memilih mengutuk Rosie.

Setelah kejadian itu, Rosie sama sekali tak bertukar kabar dengan Jimin maupun Victor. Ia hanya menggunakan ponselnya untuk menghubungi Andrew dan ketiga temannya. Apakah Jimin sampai di Seoul dengan selamat? Apakah saat ini Jimin diam sambil menatap salju yang turun di Seoul? Dan apakah saat ini Jimin baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan yang awalnya dengan mudah Rosie tanyakan, kini hanya ia simpan di kepala. Ia hanya terlalu malu untuk muncul dihadapan Jimin.

Dan tentang Victor, Rosie tidak tahu apakah pria itu baik-baik saja, karena lukanya kembali terbuka setelah mendengar fakta yang Agust katakan. Apakah Victor makan dengan baik, karena Rosie dengar Victor marah pada Jinan? Dan apakah Victor masih ada di Sydney? Diakui atau tidak, namun bagaimana Victor membuatnya merasa kesal justru membuat Rosie merindukan sosoknya.

Jika dipikir-pikir bagaimana Rosie dan Jimin dengan Rosie dan Victor menjalin hubungan itu sangat berbeda, saat bersama Jimin semuanya terasa begitu manis dan hangat. Sedangkan bersama Victor semuanya terasa ringan dan tak membosankan. Ringan yang Rosie maksud adalah status kekasih saat bersama Victor, tidak terlalu memberatkan Rosie karena keduanya terkadang bersikap seperti teman. Namun, bukan berarti Rosie mengatakan bahwa status kekasih dari Jimin membebaninya.

Rosie menutup matanya saat bibirnya perlahan-lahan tersenyum sembari mengingat beberapa hal. Seperti bagaimana saat Jimin bersamanya dan bagaimana saat Victor bersamanya. Dua hal yang saling berlawanan itu nyatanya membuat Rosie tersenyum untuk sesaat, meski pada akhirnya ia kembali pada kenyataan.

"Rosie." Rosie tersentak saat suara Jisella terdengar. Di belakang Jisella, Jane dan Lisa berdiri sambil menenteng kantong plastik berisi snack.

"Ah kalian sudah sampai, kenapa pagi-pagi sekali?" Tanya Rosie setelah bangkit dari duduknya.

"Kami mengambil penerbangan malam, itu sebabnya kami datang lebih awal." Jawab Jisella.

Rosie mengangguk paham dan mengajak ketiga temannya untuk duduk di kasur, kasur miliknya cukup luas jadi tidak masalah jika keempatnya duduk melingkar disana.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang