Bukan rahasia umum jika di rumah sakit akan terasa sedikit menyeramkan saat malam hari, utamanya dini hari. Beberapa kali bulu romanya berdiri saat menyusuri lorong sepi itu seorang diri. Kendati demikian David tetap berjalan sambil membawa infusnya.
Berhenti tepat di depan tempat tujuannya, netranya mengintip melalui kaca pintu untuk memastikan keadaan si empu. Terlelap, David tersenyum senang dan mulai memasuki ruangan tersebut dengan hati-hati.
Napasnya tertahan saat mengetahui Jisella dan Lisa tengah tertidur pulas di sofa. Berusaha meminimalisir derap langkahnya, David sedikit berjinjit saat berjalan mendekati ranjang Rosie.
Sedikit pucat, namun tetap cantik. David tersenyum geli mewajari jika putranya jatuh hati pada gadis di depannya ini, bahkan saat tertidur saja ia tampak begitu cantik dan polos.
Tanpa berlama-lama, tangan kirinya yang bebas dari infus mengambil selembar kertas berlipat dari sakunya. Diletakkannya surat tersebut di samping bantal Rosie dengan senyum yang tulus dari hatinya. Hendak pergi untuk kembali beristirahat, David kembali berbalik dan membungkuk untuk membisikkan sesuatu pada Rosie.
"Maafkan ayah, nak."
Hendak bangkit dari posisinya, bibirnya meringis pelan merasakan pusing pada kepalanya. Ia baru sadar siang tadi, luka jahitan karena operasi pun belum kering, jika saja dokter atau perawat melihatnya dapat dipastikan ia akan dilarang.
Perlahan ia mulai meninggalkan ruangan Rosie, berjalan menjauh sambil berusaha menahan rasa sakitnya. Melihat kursi tunggu di lorong lain, David menghampirinya dan memilih beristirahat sebentar. Sambil bersandar pada dinding dan berusaha menetralisir rasa sakitnya, bibirnya tersenyum tipis mengingat bagaimana Andrew berlagak seperti adik baginya. Secara usia, David memang lebih tua daripada Andrew. Baru David ketahui bahwa sesungguhnya Andrew memiliki gengsi yang tinggi, dan itu cukup menggelikan saat melihat Andrew berusaha peduli padanya.
Satu jam setelah kesadarannya kembali, secara tiba-tiba Andrew menghampirinya. Sebelumnya ia tahu dari putranya bahwa sebelum sadar pun Andrew sudah mengunjunginya beberapa kali. Namun, David memilih bungkam dan menunggu alasan Andrew datang ke ruangannya.
Awalnya David merasa aneh saat Andrew hanya diam hampir 5 menit, namun setelahnya ia langsung mengucapkan kata maaf yang membuat David terhenyak. Seharusnya David yang memulai kata itu, tapi kenapa Andrew? Di sepanjang tidur setelah masa operasinya, Tuhan seakan-akan memberinya cahaya dengan mempertemukannya dengan belahan hatinya di alam mimpi. Paras Ruby yang begitu cantik tak pernah luntur barang belasan tahun sekalipun. Di sana Ruby mengatakan hal yang begitu banyak, termasuk ia memohon pada David untuk mengakhiri semuanya.
Sungguh saat itu juga David merasa menemukan obatnya, semua perasaan buruk itu seakan lenyap begitu saja. Bahkan setelah mendapatkan kesadarannya, ia sempat merenungi apa saja yang terjadi. Sangat terlambat, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa begitu buruk. Seandainya ada yang lebih dari kata maaf, mungkin David akan mengatakan itu meski membayar sekalipun. Sejemang ingatan tentang menembak Rosie hanya karena amarah membuatnya semakin buruk, dirinya merasa lebih buruk daripada iblis sekalipun. Entah ampunan apa yang dapat diberikan orang lain untuknya.
"Oh, ayah?"
David terkesiap saat suara Victor mengejutkannya, namun bukan masuk menemuinya, Victor justru kembali keluar dan mencari dokter untuk memeriksa keadaan ayahnya. David menghela napasnya panjang dan menunggu dokter melakukan tugasnya, perihal rencananya akan ia pikirkan nanti.
Setelah pemeriksaan, banyak hal ia bicarakan dengan Victor. Semenjak Rosie berusaha bersikap baik pada ayahnya, Victor juga mencoba hal yang sama. Victor mengetahui bahwa ayahnya telah bertemu dengan ibunya di mimpi dan itu membuat Victor merasa lega sekaligus bangga, ibunya merupakan sosok yang luar biasa. Bahkan setelah ia tiada sekalipun, jiwanya seakan masih menetap bersama mereka dan menyatukan mereka yang masih menapaki tanah. Pantas saja Tuhan menyayanginya hingga ia pergi lebih awal.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanfictionMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...