Hari ini Rosie dan Jisella harus kembali ke Indonesia setelah satu minggu penuh berada di Seoul, juga luka yang Rosie terima akibat Victor waktu itu sudah mulai membaik. Selain itu Victor dan Jinan juga akan meninggalkan Seoul hari ini, tanpa mereka sadari keduanya akan berada dalam pesawat yang sama dengan Rosie dan Jisella.
Keempatnya yang hendak memasuki pesawat lantas terkejut satu sama lain saat bertemu di ujung pintu ruang tunggu. Rosie dan Victor yang menatap malas satu sama lain, juga Jisella dan Jinan yang terkejut satu sama lain. Keduanya memang tak mengetahui jika mereka sama sama berada di Seoul.
"Astaga ku kira Rosie hanya sendiri di sini, ternyata kau ikut dengannya."
"Tentu, kami kesini untuk berkumpul dengan sahabat kami." jawab Jisella sambil tersenyum simpul.
Melihat Rosie yang melangkah lebih dulu membuat Victor buru buru menyusul gadis itu, jika dilihat siku gadis itu tak lagi menggunakan perban, hanya sebuah plester luka menempel disana.
"Lukamu sudah membaik?"
"Apa kau selalu bertanya untuk setiap pertanyaan yang sudah kau ketahui jawabannya?" sungut Rosie yang merasa yakin jika Victor sudah melihat kondisi sikunya.
"Kau memang gadis kasar."
"Ya, aku memang kasar. Sikap lembutku terlalu mahal untuk pria sepertimu."
"Maksudmu aku pria seperti apa?!" sinis Victor dengan tatapannya yang semakin tajam.
"Entahlah, aku malas menilai orang." jawab Rosie dengan santai.
Di belakang Jinan dan Jisella menyimak sambil tersenyum jahil,
"Apa mereka tidak bosan terus berdebat?" bisik Jinan pada Jisella.
"Ku pikir sampai kapan pun mereka akan terus melakukannya."
"Bukankah akan tampak manis jika keduanya ternyata jodoh?"
"Ya, tapi siapa yang tau rencana Tuhan."
Entah keberuntungan atau kesialan, tempat duduk antara Jisella - Rosie dan Victor - Jinan bersebelahan. Keempatnya sama sama berada di kelas bisnis dan beginilah mereka, Rosie yang berusaha tak acuh meski Victor terus memperhatikannya dengan tatapan tajamnya, sedangkan Jisella dan Jinan yang mengecek keadaan bangku serta barangnya.
"Jika matamu melompat keluar aku tak mau menanggungnya." sindir Jinan yang mengetahui bahwa Victor masih menatap Rosie dengan sinis.
"Diam kau!"
Rosie yang merasa malas lantas menoleh ke arah Victor dengan wajah kesal,
"Melihatku sekali lagi, ku pukul kepalamu!"
"Ha ha siapa yang peduli." ejek Victor yang justru menatap Rosie dengan lekat.
Sontak Rosie bangkit dan menghampiri Victor, tangannya terangkat untuk memukul kepala pria itu tanpa rasa bersalah.
"KAU BERCANDA?!" pekik Victor sambil mengusap kepalanya.
"Aku tak pernah bermain main dengan ucapanku." jawab Rosie dengan nada dan wajah yang datar.
Gadis itu kembali duduk tanpa mempedulikan Jisella yang menahan malu akibat ulah Rosie, sesekali Victor memang perlu diberi pelajaran. Sedangkan di sampingnya, Victor masih mengusap kepalanya yang terasa panas. Badan Rosie memang seringan kapas, namun tenaganya benar benar luar biasa.
"Dia benar benar gadis kasar tak berperasaan." gumam Victor.
"Itu juga salahmu." cibir Jinan yang diam memperhatikan Victor.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
Hayran KurguMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...