Agust yang baru saja bangun dari tidurnya, lantas meregangkan tubuhnya sebelum membuka jendela untuk menikmati udara pagi. Cuaca di Manchester cukup dingin, tapi ia sudah biasa dengan hal itu.
Setelah merasa cukup, Agust keluar dari kamarnya dan menuju kamar kedua temannya. Apartemen dalam keadaan hening, itu artinya Hoseok dan RM belum bangun meski matahari sudah naik cukup tinggi.
Agust pergi untuk mencuci muka, kemudian mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas. Sudah biasa baginya memasak untuk RM dan Hoseok, itu pun seorang diri atau beberapa kali Hoseok membantu. Tapi tidak untuk RM, Agust menolak keras untuk itu, karena tangan magic milik RM akan membahayakan keamanan dan kerapian dapur.
Tak berselang lama, Hoseok keluar dari kamar. Sebelum menghampiri Agust, ia mencari keberadaan RM yang sepertinya belum bangun.
"RM belum bangun?" tanya Hoseok.
"Belum, bangunkan saja. Sarapannya hampir siap." ucap Agust.
"Aku tidak berani, kau saja."
"Aku? Aku menyuruhmu, Hoseok."
"Hyung. . ."
"Cepat bangunkan."
"Baiklah."
Agust membiarkan Hoseok pergi ke kamar RM, sementara itu ia mulai menata masakannya ke atas piring saji. Menu sarapan yang cukup ringan, namun cocok untuk menghangatkan tubuh.
Setelah duduk di kursinya, sesaat kemudian Hoseok bergabung dengan RM pergi ke wastafel mencuci tangan.
"Satu minggu lagi kita harus ke Sydney, kalian ingat, 'kan?" tanya Agust membuka obrolan.
RM dan Hoseok mengangguk mantap,
"Tentu saja. Ngomong ngomong, aku tidak sabar ingin bertemu dengan Rosie."
RM mengernyit heran mendengar ucapan Hoseok yang di akhiri dengan senyuman lebar.
"Kenapa begitu?"
"Hei, Agust selalu bercerita bagaimana Rosie dimatanya. Setiap kalimat yang keluar menggambarkan Rosie yang begitu manis, jadi aku ingin bertemu dengannya dan membuktikan semanis apa dia."
Agust tertawa kecil mendengar kalimat Hoseok, ia meletakkan sendoknya kemudian bersandar pada kursi.
"Kau salah jika berpikir seperti itu, Hoseok. Wajah Rosie mungkin terkesan manis, tapi yang kau temui nanti bukanlah Rosie yang manis seperti yang ku ceritakan, melainkan Rosie yang tumbuh dengan rasa dendam."
"Apa Rosie benar benar berniat membalaskan dendamnya?" sahut RM.
Agust mengendikkan bahunya tak tahu,
"Aku tidak tau pasti, yang jelas jika Rosie ingin membalaskan dendamnya, maka aku bersedia membantunya."
"Termasuk membunuh orang?" tanya Hoseok.
"Tentu saja."
RM tertawa geli, kemudian geleng geleng melihat Agust dan Hoseok.
"Apa kalian menyadari satu hal? Disini aku dan Hoseok adalah anggota kepolisian, tapi kau dengan mudahnya berkata bersedia membantu Rosie dalam membunuh orang sekalipun."
"Bersama kalian, terkadang aku lupa bahwa aku seorang polisi." ucap Hoseok.
"Aku tau, tapi kalian tidak bisa menangkapku. Kalian terlibat dan itu masalahnya." Agust tersenyum miring di akhir kalimatnya, membuat RM dan Hoseok merasa ngeri melihatnya.
"Baiklah baik, kau benar. Habiskan makanannya dan kita lakukan misi terakhir sebelum kita meninggalkan daratan Inggris." final RM.
"Kau yakin tak menghubungi Rosie? Keadaan mulai aman." tanya Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
Fiksi PenggemarMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...