XIX

599 130 3
                                        

Angin bukit membelai wajah Victor, Rosie, Jisella dan Jinan. Keempatnya berdiri sejajar di atas bukit, membiarkan bagaskara bersinar dengan eloknya. Meski terasa menyengat, namun ketiganya tetap menikmati suasana bukit di siang hari. Pengunjung pun sedang sepi, setidaknya akan lebih bebas bagi mereka mengingat Victor dan Rosie adalah seorang publik figur.

"Aku tidak tau ada bukit seindah ini disini." gumam Rosie.

"Aku pun begitu, aku menemukannya di twitter. Beberapa pasangan kekasih mengunggah foto mereka saat disini." jelas Victor.

"Namun perjalanan cukup lama untuk sampai disini." keluh Jinan yang merasa lelah karena perjalanan.

"Setidaknya itu terbayar, lagi pula ini pertama kalinya kita pergi bersama." ucap Jisella sambil tersenyum tipis.

"Ku rasa yang kedua." sahut Rosie.

"Kedua?" tanya Jinan sambil mengernyit bingung.

"Saat pemotretan bertema summer, bukankah kita menghabiskan waktu di pantai bersama sama?"

"Itu berbeda." sungut Victor.

"Ya, itu seperti tinggal sedikit lebih lama, bukan merencanakan bepergian bersama." imbuh Jisella yang diangguki Victor dan Jinan.

"Baiklah baik."

"Ngomong ngomong pantai, sepertinya akan seru jika kita pergi ke pantai setelah ini. Menunggu sunset bukan ide buruk, 'kan?" usul Jisella.

"Aku setuju!" seru Victor dan Rosie bersamaan.

Jinan yang sebenarnya sudah merasa lelah memilih mengangguk ragu meski keraguan itu ditangkap oleh Rosie.

"Aku ingin mengendarai mobilku, jadi ku mohon ubah saja peraturan mengemudi tadi. Victor, kau bersama Jinan karena Jisella akan bersamaku."

Victor yang paham dengan tujuan utama Rosie lantas mengangguk setuju,

"Baiklah."

"Ayo, kita harus makan siang. Di bawah bukit ada sebuah warung yang cukup ramai, sepertinya akan seru jika kita mencobanya." ajak Jisella yang kemudian memimpin jalan bersama Rosie.

Jinan berjalan lebih lambat daripada ketiganya, sesaat hatinya menghangat melihat bagaimana tiga orang yang lebih muda darinya itu. Mereka memahami keadaan Jinan, Rosie yang mengusulkan perubahan, Victor yang menyetujui, juga Jisella yang mengajaknya beristirahat dengan kata makan siang.

"Hei, cepatlah!" seru Victor saat menoleh ke belakang.

Jinan berlari kecil untuk menghampiri Victor yang kini menatapnya dengan malas, sedangkan Rosie dan Jisella tampak berputar mencari tempat duduk.

"Aku menemukannya!" pekik Rosie yang kemudian menduduki salah satu bangku kosong yang berada di pojok.

Baik Jisella, Jinan maupun Victor buru buru menyusul Rosie saat pembeli lain terlihat akan menduduki sisa tempat tersebut. Saat keempatnya duduk berhadapan, dengan Rosie - Victor menghadap Jisella - Jinan mereka saling bertukar pandang menyadari entah warung makan apa yang mereka hampiri.

"Ini warung apa?" tanya Jinan dengan pelan.

"Aku tidak tau." jawab Jisella sambil menggeleng polos.

"Aish bagaimana bisa." cibir Rosie yang kemudian melihat jajaran masakan yang ditata di atas piring piring berwarna putih.

"Apa itu ayam goreng?" tunjuk Victor pada salah satu tumpukan ayam.

"Ku rasa begitu." Jinan mengangguk dengan ragu.

Keempatnya meringis pelan dan kembali menatap satu sama lain. Baik Rosie dan Jisella atau pun Victor dan Jinan tidaklah berasal dari Indonesia untuk mengetahui semua makanan itu.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang