XL

479 109 0
                                        

"Kau terlalu banyak basa-basi, aku tau kau hanya ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."

RM tergelak dengan kalimat Andrew, tangannya mengusap tengkuknya dengan kikuk sambil terkekeh kecil.

"Anak-anak memang seperti itu, dasar."

"Tadi..."

"Ikut denganku!" Seru Andrew pada David.

David yang sempat termenung karena ucapan Rosie, dibuat tersentak oleh seruan mendadak dari Andrew. Ia membuang asal senjatanya dan berjalan mengikuti Andrew dari belakang.

Saat keduanya mulai meninggalkan ruangan, diam-diam ekor mata Andrew melirik bahu Victor yang bergetar. Ia mengetahuinya karena ruangan itu memiliki jendela yang cukup rendah, bahkan beberapa di antaranya sudah pecah.

"Dasar bocah cengeng, begitu saja sudah menangis, bagaimana bisa dia menjaga Rosie." Gumam Andrew sambil geleng-geleng.

"Kita akan kemana?" Tanya David dari belakang.

"Diam saja dan ikuti aku!" Seru Andrew yang mempercepat langkahnya.

"Cih, bossy sekali." Gumam David sebelum ikut mempercepat langkahnya.

Keduanya menuju ujung gedung dimana tempat itu berhadapan langsung dengan wilayah pantai yang sepi. Meski begitu keduanya masih sama-sama diam dan tidak ada yang memulai pembicaraan, pun dengan Andrew yang justru memejamkan matanya sambil menikmati semilir angin.

"Cepat katakan ada apa! Jangan membuang waktuku." Sinis David yang mulai kesal karena Andrew tak kunjung berbicara.

"Ck, aku bahkan tidak tau harus memulainya darimana." Kesal Andrew yang benar-benar bingung harus memulai darimana.

"Kau bercanda? Kau mengajakku sejauh ini hanya untuk berkata kau tidak tau harus memulai darimana? Andrew bodoh!"

"Jangan mengataiku bodoh, dasar gila!"

"Kau yang gila! Kau mengajakku kemari hanya untuk menunggumu yang tidak tau harus berkata apa, begitu?"

Andrew menggeram kesal, kemudian mengubah posisinya menghadap David yang masih menatapnya dengan kesal.

"Sial, aku benci mengatakan ini, tapi aku minta maaf." Andrew mengatakan permintaan maafnya dengan cepat bahkan hampir tak terdengar dengan jelas.

"Apa? Kau berkata sesuatu?" Tanya David sambil menahan tawanya agar tidak menyembur, karena tingkah menggelikan Andrew.

"Ah rupanya kau tuli."

"Sialan kau, Andrew."

David menatap lurus pantai di depannya yang berjarak 10 km dari tempatnya berdiri. Ia menghembuskan napasnya perlahan sambil berusaha menerima apa yang terjadi. Mengingat cara Andrew meminta maaf itu cukup menggelikan bagi David, secara usia maka David lebih tua 5 tahun daripada Andrew dan itu terlihat seperti seorang adik yang gengsi meminta maaf kepada kakaknya.

"Sulit bagiku menerima ini semua, kau tau seperti apa tempramenku, aku menyesal untuk itu. Akuㅡ"

"Akuㅡ"

"Aku minta maaf."

"Sejujurnya aku malu denganmu, Rosie membuktikan keberhasilanmu dalam mendidiknya dan itu membuatku merasa kecil mengingat aku sama sekali tidak becus dalam mendidik Victor."

"Tentang kematian istrimu, aku minta maaf. Maaf dendamku sudah menghancurkan kebahagiaanmu."

Andrew mendengus kesal saat kembali mengingat bagaimana kematian istrinya saat itu, bahkan kepala istrinya terlepas dari tubuhnya.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang