Rosie hampir menyerah saat Andrew keras kepala, namun saat Victor tiba-tiba datang dan berdiri di sampingnya rasanya seperti Tuhan mengirimnya sebuah bantuan. Ia menatap Victor dari samping, berusaha mengimbangi Rosie, Victor berjongkok dan menatap Andrew dengan yakin.
"Paman, aku tau keluargaku bersalah telah mengambil nyawa istrimu, untuk itu aku memohon ampun darimu." Ucap Victor dengan tulus sambil kedua tangannya bersatu di depan dadanya, kemudian menunduk nyaris bersujud.
"VICTOR DOMINIC!!" Teriak David saat merasa tak suka dengan apa yang Victor lakukan.
Victor sama sekali tak menggubris David dan kembali meyakinkan Andrew.
"Aku tau dan sadar betul kesalahan keluargaku sama sekali tidak bisa dimaafkan, tapi aku benar-benar memohon padamu, hentikan pertikaian ini. Aku tau sebelumnya aku memiliki dendam yang cukup besar pada kalian, tapi aku sudah melihat bagaimana Rosie berusaha mengontrol emosinya, bagaimana Rosie berusaha berpikiran terbuka, dan bagaimana Rosie bersabar menghadapi kalian. Sebagai pria, aku dibuat malu olehnya." Victor menunduk dalam saat air matanya terasa menetes. Rosie jelas melihatnya, ia ada di samping Victor dan itu terlihat jelas.
"Victor." Lirih Rosie.
Victor mengambil napas dalam dan kembali menatap Andrew yang masih menatapnya dengan datar.
"Ini terdengar gila, tapi ku mohon selesaikan semuanya dengan baik agar aku bisa menikahi Rosie." Ucap Victor dengan cepat.
Jane tersedak ludahnya sendiri saat Victor berkata demikian, ekspresi julidnya pun turut ia keluarkan.
"Dasar gila."
"Dia berpikir menikahi Rosie di keadaan seperti ini?" Bisik Lisa tak percaya.
"Diamlah!" Tegur Jisella.
Andrew tertawa renyah saat mendengar perkataan Victor,
"Setelah semua ini kau berpikir akan menikahi Rosie?"
Entah dimana letak kelucuannya, namun Andrew kembali tertawa seakan-akan ucapan Victor adalah kalimat yang menggelitik.
"Jangan macam-macam, Victor!" Peringat David sambil menatap tajam Victor.
Rosie tak mau ambil pusing dengan apa yang Victor katakan, ia menggeser kotak yang ia gunakan untuk duduk untuk lebih dekat dengan David.
"Ayah?"
"Kau masih memanggilku seperti itu, huh?!" Ketus David.
Rosie mengulum senyum saat melihat ekspresi David,
"Ya, aku tau kau menyukainya."
"Terserah."
"Aku tau kau bukan monster, kau hanya pria biasa yang memiliki temperamen buruk dan hanya itu masalahmu. Ayah, dengarkan aku sebentar saja?" Mohon Rosie pada David. David pun menghela napas panjang dan mengangguk malas membuat Rosie tersenyum kecil.
"Saat kau menangkapku aku sangat marah padamu, aku menendangmu seakan kau musuhku, tapi apa kau tau saat kita berbicara tentang Victor suasana diantara kita menjadi santai? Itu hanya seperti seorang gadis yang mengadu tentang perlakuan kekasihnya pada ayah dari kekasihnya. Meski penampilanmu acak-acakan dan merasakan sakit di beberapa titik karena ulahku, tapi kau menanggapi kalimatku dengan baik. Kau mengakui bahwa tempramenmu buruk, setelah semua itu apa kau akan menyebut dirimu seorang monster?"
"Semua dimulai dari dalam dirimu, ayah. Saat kau menganggap dirimu seorang monster yang buas dan kuat, maka begitu juga orang lain yang ketakutan karenamu. Tapi saat kau memahami dirimu, saat kau menerima amarah dan rasa sakitmu, kau akan menikmati hidup. Kau akan bercanda dengan putramu setiap hari, kau akan bertanya pada putramu masakan apa yang ingin dia makan nanti, kau akan pergi bekerja dan mungkin pergi berkebun di hari Minggu. Tapi saat kau menjadi monster apa yang bisa kau dapatkan? Hanya kerusakan, kesakitan, emosional, dan ketidakpuasan. Tidak lebih dari semua hal yang merugikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanficMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...