Malam ini Victor dan Rosie tengah duduk berdua dengan laptop menjadi pusat perhatiannya, ah sebenarnya hanya Victor karena Rosie hanya sesekali melirik malas. Menurutnya Victor itu tidak bisa ditebak, tiba-tiba bersikap manis, tiba-tiba menyebalkan, kemudian bersikap seakan ia memiliki kendali atas Rosie. Rasanya seperti menaiki roller coaster hingga Rosie sendiri kadang dibuat bingung.
Seperti saat ini contohnya, setelah tadi siang Victor melamarnya secara tiba-tiba kini pria itu ngotot ingin menghubungi Andrew. Sudah berulang kali Rosie mengatakan untuk Victor menunda itu dan memilih terbang ke Sydney agar bisa dibicarakan lebih jelas, namun Victor justru keras kepala dengan keinginannya.
"Papa itu sedang sibuk! Lagi pula kau pikir pukul berapa di sana? Di sini saja sudah pukul 7 malam." Cibir Rosie sambil melirik Victor yang masih berusaha menghubungi Andrew dengan panggilan video.
"Tapi aku ingin sekarang, Rosieee." Rengek Victor.
'kan? Victor itu mudah sekali berubah-ubah sekarang. Rosie mendengus kesal, kemudian menangkup kedua pipi Victor dengan gemas.
"Sayang, dengarkan aku. Perbedaan jam di Manchester dan Sydney itu jauh, di sana sudah pukul 3 pagi dan papa pasti masih tidur. Jangan ganggu dia, kita hubungi besok pagi, ya?" Jelas Rosie.
Victor mengalihkan pandangannya sambil mencebikkan bibirnya kesal, tangannya ia lipat di dada kemudian menatap layar laptop dengan sebal. "Baiklah, terserah."
"Tapi kau haㅡ"
Cup!
Victor yang baru menoleh untuk meminta Rosie berjanji untuk menghubungi Andrew besok pagi, lantas dibuat terkejut saat Rosie mengecupnya sekilas.
"Wah, kau berani juga rupanya." Victor tersenyum miring saat Rosie berpura-pura menyibukkan diri dengan laptopnya.
"Kemari, berikan satu lagi. Bibirku rasanya asam, jadi aku perlu bibirmu."
"Mesum!" Sentak Rosie sambil melotot galak.
"Kau yang memancing, sayangku."
Rosie bergidik ngeri melihat Victor yang terus tersenyum tidak jelas, enggan mengambil resiko Rosie buru-buru bangkit dan menghampiri David yang bersantai di teras rumah.
"Hei, pergi kemana?" Tanya Victor saat Rosie mulai menjauh.
Rosie tak menghiraukan Victor dan tetap berjalan menuju teras. Sesampainya di teras ia melihat David tengah menikmati kopi dengan beberapa makanan ringan. Tanpa berpikir panjang, Rosie ikut bergabung dan duduk di sebelah David.
"Kau di sini? Di mana Victor?"
"Dia di dalam, aku merasa bosan."
David kembali memperhatikan cincin yang bertengger di jari manis Rosie, setelah meletakkan cangkirnya, ia sedikit mengubah duduknya menghadap Rosie.
"Kau yakin siap menikah dengan putraku?"
Rosie mengeryit heran saat David bertanya demikian, dengan mantap ia mengangguk. "Ya, ayah. Kenapa kau bertanya demikian?"
"Tidak, aku hanya ingin memastikan, karena sebelum ini semua kita pernah berada di konflik yang cukup rumit."
"Aku sudah lupa konflik apa itu, aku hanya mengingat kasih sayangmu yang beberapa kali menanyakan kabarku kemudian mengirim hadiah ke Sydney secara tiba-tiba."
David tertawa kecil, kemudian mengusap lembut kepala Rosie. "Baiklah, menantuku memang yang terbaik."
"Aish aku belum menjadi menantumu, ayah."
"Bagaimana jika kalian menikah besok?"
"AKU SETUJU." Sahur Victor yang datang dari dalam.
"Hei? Yang benar saja!" Pekik Rosie tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanfictionMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...