IX

853 180 6
                                        

Hari ini Victor tak memiliki kegiatan apapun, hingga pria 26 tahun itu memilih bermalas malasan di atas kasur. Sebenarnya Victor merasa rindu bermain drama, hanya saja Jinan selalu menolak tawaran yang datang pada Victor dengan alasan vakum.

Victor sendiri memilih tak memusingkan hal itu, ia tahu betul Jinan selalu berhati hati dan memikirkan semua resiko atas tindakannya. Lagi pula selama ini tawaran yang datang berasal dari Inggris, itu artinya jika Victor menerima tawaran itu harus bolak balik ke Inggris dan Indonesia.

Terkadang Victor ingin kontraknya dengan brand yang saat ini menggaetnya dan Rosie sebagai BA agar segera berakhir, namun terkadang Victor berharap semua berjalan lebih lama. Rasanya ada perasaan senang yang timbul saat melihat Rosie, meski itu hanya sedikit.

Victor sendiri tak mengerti perasaan apa yang hinggap pada dirinya, selama 26 tahun ia belum pernah jatuh cinta bahkan sekalipun. Victor terlalu individualis dan tak peduli dengan sekitarnya, itu mengapa ia lebih fokus pada dirinya ketimbang dunia luar.

Di sisi lain saat bertemu dengan Rosie, ia merasa sesuatu telah bangkit pada dirinya. Apakah itu yang disebut suka atau sekedar rasa kagum atas sosoknya. Namun jika benar itu rasa kagum, apa yang Victor kagumi dari Rosie? Bahkan dimata Victor, Rosie tak jauh dari kata kasar.

Victor berdecak kesal saat perutnya mengeluarkan suara aneh, punggungnya ia tarik dari kasur kemudian duduk bersandar pada headbed.

"Tinggal bersama Jinan, aku lebih terurus."

"Apa aku tinggal di apartemennya saja?"

"Baiklah, ku rasa itu ide yang bagus."

Dengan cepat Victor beranjak dari ranjang dan melesat menuju kamar mandi. Selesai dalam waktu kurang dari 10 menit, kini pria 179 cm itu tengah mengemas pakaiannya ke dalam koper secara acak.

Sebelum keluar ia memastikan jendela kamar juga pintu balkonnya sudah terkunci juga gorden yang menutupnya. Victor menyambar kunci mobil serta ponselnya di atas nakas kemudian menarik kopernya keluar.

Beberapa asisten rumah tangganya bingung dengan kedatangan Victor yang membawa koper, namun mengerti dengan pandangan bingung itu Victor menghentikan langkahnya dan menatap para pekerjanya.

"Saya menginap di apartemen Jinan, jika ada yang penting tolong hubungi saya atau Jinan."

"Gaji kalian sudah saya transfer dan saya gandakan karena saya meminta kalian menjaga rumah ini selama saya menginap di apartemen Jinan."

"Jangan ada yang mencuri, kalian tau konsekuensinya."

"Paham?"

"Paham, tuan." jawab mereka dengan kompak.

Victor kembali berjalan sambil menyeret kopernya, pakaiannya terbilang santai hanya kaos putih oblong dengan celana pendek berwarna coklat. Setelah kepergian Victor para pekerja di rumah Victor yang berjumlah 10 orang itu bernapas lega, sungguh mendengar nada bicara Victor yang datar terdengar mengerikan.

Di sisi lain Victor mulai mengendarai mobilnya dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya. Laju kendaraan itu terbilang santai, ditambah suasana hati Victor sedang dalam kondisi baik.

Saat perutnya kembali berbunyi, Victor meringis pelan saat bayangan Jinan terlintas dibenaknya. Jinan pasti sudah cukup kesal dengan kedatangan Victor yang tiba tiba, apalagi jika Victor langsung meminta makanan.

Victor menepikan mobilnya saat melihat salah satu gerobak pedagang kaki lima yang menjual mie ayam, entah ada apa namun ia ingin mencobanya. Dengan santai pria itu menghampiri sang penjual yang Victor perkirakan sudah berusia setengah abad.

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang