.
.
.
.
.
.
.Brak!
Pintu rooftop terbuka dengan kasar menampilkan seorang pria yang menggeret lengan gadis dengan rambut di gerai sebahu.
Lelaki itu berbalik arah, ia menatap manik kelam sang gadis "Kenapa lo gak ngelawan?"
Dia menatapnya polos, lantas ia menggeleng dengan kaku
Lelaki itu melepaskan cekalannya, ia berjalan maju menuju pembatas rooftop "Gue benci liat orang lemah... "
Ia berbalik menatap datar sang gadis yang menatapnya lurus
Jemari lentik itu bergerak seolah berbicara "Kenapa kamu menolong ku?"
Pria itu berjalan mendekat, membuat Cia memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit.
Ia menatap takut ke arah pria yang kini menatapnya seperti akan menguliti.
Kini ia hanya diam menunduk, kedua lengan kokoh itu tengah mengukungnya
Hembusan nafas si pria pun kini terasa.
Bugh
Entah memang reflek atau bagaimana, dengan mulus kaki Cia menendang tulang kering lelaki tersebut.
Membuat lelaki itu sedikit meringis kesakitan.
"Tendangan lo lumayan juga.. "
Cia bisa melihat kini lelaki itu terkekeh pelan, membuat Cia semakin menundukan kepalanya.
Dengan segera Cia mengambil kertas dan menuliskan sesuatu yang mana membuat lelaki itu menatapnya aneh
"Aku minta maaf, jangan laporkan aku pada kepala sekolah. Aku tidak ingin di keluarkan..."
"Lo kenapa sih? Lo cuma nendang kaki gue, bukan matahin.. " Bingungnya.
Lelaki itu memandang intens gadis yang ada di depannya kini yang masih setia menunduk
Ia berjalan maju menuju sudut yang sudah ada kursi yang sedikit rusak.
"Sini!" Titahnya, namun gadis itu masih tetap diam.
"Sini duduk di samping gue! Atau lo mau gue laporin ke kepsek?"
Dengan langkah cepat, gadis itu kini sudah ada di sampingnya.
"Duduk!"
Dengan ragu, Cia mendaratkan bokongnya di samping si lelaki.
"Lo gak bisa bicara?" Tanya nya dengan masih menatap lurus ke depan.
Menoleh, ia mendapati gadis yang ada di sampingnya mengangguk tanpa ragu.
"Dan kenapa lo setakut itu kalau ada yang lapor ke kepsek?"
Lelaki itu bisa melihat, si gadis kembali menulis "Tidak ada yang bisa menjamin aku tetap bersekolah disini jika aku melawan mereka.. "
Lelaki itu mengangguk, ia mengerti seperti nya ini pasal kekuasaan.
Ia melemparkan uang senilai lima puluh ribu "Beliin gue makanan, gue males harus ke bawah!"
Dengan cepat gadis itu mengangguk, ia melangkah pergi keluar namun saat di tangga menuju roftoop ia bertemu dengan segerombol lelaki penguasa sekolah.
Berusaha untuk tidak peduli, dengan terus menunduk ia berjalan lurus menuju kantin sekolah.
..........
Suasana kantin sekolah begitu ramai, sudah tidak aneh lagi karena ini jam istirahat.
Brugh
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...