°
°
°
Pintu ruangan terbuka, menampilkan Galuh yang jauh dari kata baik.Chandra dengan sang istri kini berdiri, menatap penuh harap pada dokter pribadi keluarga nya.
"Putra ku baik baik saja kan?" Manda berujar lirih, perlahan ia berjalan ke arah Galuh yang masih saja diam mematung.
"Galuh! Jawab! ANAK KU BAIK BAIK SAJA KAN?!" Chandra berusaha menangkan istri nya.
Bahkan lucas dan kelima sahabat cakra kini sama mendekat, sama sama menunggu apa yang akan dokter pribadi keluarga Davidson itu katakan.
"GALUH JA-"
Hanya dengan gelengan, kini mereka mendadak terdiam.
Rasanya begitu sesak. Isak tangis malam ini begitu menggema di lorong rumah sakit.
Bahkan melvin, pria itu sudah menangis keras di samping Nathan yang terisak kecil.
"Tidak.. "
Chandra bahkan sudah tak sanggup untuk membendung air matanya.
Manda kini mencengkram baju sang dokter dengan erat. Memukul pria yang sudah beberapa tahun mengobati anaknya "kembalikan! KEMBALIKAN PUTRA KU GALUH!"
Wanita itu berusaha masuk ke dalam ruangan. Namun Galuh masih tetap bisa menahan nya "Cakra sudah tidak ada.. "
"Tuhan lebih menyayanginya.. "
"HIKS...CAKRA TIDAK AKAN PERGI! MINGGIR KAU! AKU HARUS BERTEMU DENGAN ANAKKU! HIKS CAKRA.....jangan tinggalkan bunda nak.."
Chandra dengan sigap memeluk tubuh istri nya yang sudah limbung, manda kehilangan kesadaran nya.
"Cakra... hiks.. Kembali nak.. Maaf kan papa"
"Papa gagal.." Chandra kini menangis, terisak kencang dengan memeluk istrinya yang terus meracau dengan mata terpejam
Lucas berharap ini hanya mimpi. Lelaki itu dengan brutal memukul dirinya sendiri "hiks.. ini pasti cuma mimpi!"
Namun sia-sia yang terjadi itu nyata. Lucas terjatuh, memukul dirinya sendiri. Dan terus meracau bahwa ia adalah kakak yang buruk "Maafkan kakak cakra... hiks.. Kakak gak bisa jaga kamu"
Melvin kini menangis histeris, anak itu bahkan memukuli kepalanya sendiri "GAK! INI GAK MUNGKIN! HIKS.. " Melvin kini melirik ke arah Nathan di samping nya "Nath. Ini gak mungkin kan? bilang sama gue kalau cakra masih hidup?"
Namun Nathan tetap tak meresponnya, ia malah membuang pandangan. Enggan untuk menatap Melvin yang sudah seperti orang kehilangan akal. Lelaki itu tampak linglung "NATHAN! LO JANGAN DIEM AJA ANJING! JAWAB GUE BANGSAT!"
"Cakra.. lo pecundang!" Ucap Nathan dalam hati. Ia melihat sekeliling
Gavin yang tatapannya kosong dengan terus bergumam "Ini gak mungkin... cakra gak mungkin mati"
Raka yang menangis dengan membekap mulutnya sendiri. Dan ian, lelaki itu terus menatap lurus ke depan dengan derai air mata "Gue sahabat yang buruk.."
Galuh menarik nafasnya sesaat, pemandangan di depannya kini begitu menyayat hati. Tangisan dan jeritan yang menjadi melodi tragis kala malam ini.
Galuh kemudian menyuruh perawat wanita untuk mendekat ke arahnya dan mulai menuliskan
"Cakra seano Davidson-"
"TIDAK! ANAK KU BELUM MENINGGAL GALUH.. " Chandra kini beranjak, berteriak histeris di depan sang dokter.
"Waktu kemat-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...