Epilog

575 60 9
                                    

°
°
°
Di sebuah kamar dengan lampu temaram, gadis dengan penampilan kacau kini masih saja memeluk sebuah foto yang ia rindukan.

Sang adik yang meninggalkan nya tepat satu tahun yang lalu.

Seorang adik yang meninggalkan beribu kesakitan baginya.

Gadis itu terduduk di lantai, dengan kue ulang tahun berisikan angka 17.

"Selamat ulang tahun zivalicia.. "

"Selamat ulang tahun adiknya kakak.. "

"Meski kau telah tiada di dunia"

Lilin yang semula menyala, kini mati akibat tiupannya.

Derai air mata yang selalu menjadi pengantar tidur setiap malamnya. Rasa sesak yang senantiasa ia alami setiap harinya.

Tuhan menghukumnya, dengan mengambil kembali orang yang berarti bagi hidupnya.

Aluna hancur

Bahkan waktu satu tahun tak dapat menjadikannya lebih baik, ingatan dimana ia selalu menyiksa adiknya, selalu melontarkan kata kata tak pantas menjadi boomerang yang kini membuat jiwanya terguncang.

Aluna mengalami depresi berat.

Tak sering ia berhalusinasi bahwa sang adik masih ada dekapannya.

Biarkan, aluna bahkan tak peduli jika itu hanya ilusi yang ia ciptakan sendiri. Asal ia selalu bisa mendekap hangat adiknya.

Cia akan pulang cepat, kakak tenang saja

Sore itu menjadi kali terakhir dimana ia bisa melihat tawa adiknya, di mana ia bisa memeluk raga yang selama ini selalu ia siksa.

Tuhan benar benar menghukumnya

Apa ini pulang yang adiknya maksud? Jika Aluna tau, maka Aluna tak akan membiarkan adiknya pergi kemanapun.

Aluna menjerit, menangis begitu histeris kala bayangan sebuah peti di makamkan tepat di samping makam ayah dan ibu.

"ZIVALICIA!"

"HIKS... DEK?! KAMU DI MANA SAYANG!"

Pandangan Aluna meliar, melihat setiap sudut kamar yang adiknya tempati.

"PELUK! PELUK KAKAK SAYANG!"

Aluna kembali memeluk dirinya, membenamkan wajah didalam lipatan tangan. Matanya terpejam seiring air mata yang masih gencar membasahi kedua pipinya.

Ia selalu berharap ini hanya bunga tidur.

Racauan tak henti henti gadis itu lontarkan dengan bibir yang masih gemetar.

Rasa rindu yang membuncah selalu menjadi teman baik baginya.

Sebelum mencapai malam. Maka kamu akan menikmati indahnya langit jingga. Langit jingga ibarat kita menikmati waktu detik terakhir kehidupan

Dan kini malam telah merenggut segalanya karena ia selalu mengabaikan indahnya langit jingga.

Ingat, penyesalan akan selalu ada di akhir. Kata 'andai' tidak akan lagi bermakna setelah malam merenggut segalanya

Rasa penyesalan yang akan berdampingan setiap harinya

ibu yang akan lebih dulu memeluk adikmu

Ibu tidak berbohong, adiknya sekarang benar benar pergi

Meninggalkan Aluna seorang diri

Selamat Aluna, kau hidup dengan sejuta penyesalan yang akan membawamu pada kematian

..........

Mungkin waktu bergerak sangat cepat, mungkin waktu juga akan mengaburkan setiap ingatan tanpa terkecuali. Tapi tidak bagi memori kelam dimana kala malam itu merenggut segalanya.

Tragedi yang membuat sebagian insan merasakan sakit yang mendalam. Dimana sebuah kata cinta abadi benar benar menjadi nyata.

Sepasang kekasih yang meninggalkan bumi dalam pelukan yang mengantarkannya pada kematian.

Masih teringat jelas ketika malam terakhir ia melihat tawa lepas dari pemuda yang sudah bersamanya sedari kecil

Ia tak pernah menyangka jika itu malam terakhir ia bisa melihat tawa sang sahabat.

Seorang pemuda kini tertunduk, menyembunyikan wajahnya dengan tudung jaket.

Di bawah hamparan langit jingga, ia memandang dua gundukan tanah.

Cakra seano Davidson

12 Juli 2006 - 14 November 2022

Zivalicia Kimberly

13 November 2006 - 14 November 2022

Dua nama yang tertulis dalam batu marmer berwarna hitam di atas gundukan tanah mampu membuat ia terpaku dengan perasaan sesak yang mendalam.

Ketika dua peti itu di kebumikan, nathan mendengar jelas semua orang menangis histeris terus meneriaki nama sepasang kekasih yang telah pergi dari dunia ini.

Hanya nathan yang tidak menangis.

Hanya nathan yang tidak berteriak histeris

Dan hanya nathan yang menahan sesak seorang diri.

Bohong jika nathan tidak merasa kehilangan

Pasalnya ia kehilangan satu sahabat yang paling ia sayang dan satu wanita yang menjadi cinta pertamanya.

Ingin nathan memeluk dua raga yang telah di telan bumi, ingin nathan mengucapkan kata maaf beribu kali.

Setitik air mata kini jatuh membasahi pipi nya. Isakan kecil berganti menjadi tangisan hebat. Nathan menangis dalam diam, dengan suara yang teredam.

Pemuda itu terus memukul dadanya, seolah menghilangkan perasaan sakit dan sesak yang menyerbunya secara bersamaan.

Nathan kini berjongkok, dengan tangan yang gemetar ia memberikan dua tangkai bunga mawar putih. Menyimpannya pada dua gundukan tanah, rumah terkahir bagi dua pasangan yang menjalin cinta sehidup semati.

"Selamat tidur... kisah yang abadi" Ucapnya lirih hampir tak terdengar.


______________________

______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bahagia selamanya?


Kamu bintang ku

-Fin-

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang