°
°
°
"Ini foto pernikahan mereka.. "Cakra mengambil satu lembar foto yang cia berikan, terpampang di sana ada seorang wanita mengenakan gaun putih dan pria dengan jas hitam.
Cakra tau, baju pernikahan yang orang tua cia pakai bernilai fantastis. Jadi, bisa cakra simpulkan bahwa orang tua ayah cia itu orang terpandang.
"Kamu gamau nyari tau tentang keluarga ayah kamu?"
Cia menggeleng, matanya masih menatap foto yang di pegang oleh cakra "Tidak, aku sudah cukup hidup bersama kakak. Jika aku pergi menemui kakek nenek, aku takut mereka tak akan menerima kakak. Dan juga, belum tentu mereka mau menampung cucuk cacat seperti ku"
Cakra memejamkan mata, mereka kali ini masih berada di dalam mobil dekat TPU. Hari sudah mulai sore, tapi cakra masih ingin mendengar lebih tentang keluarga kekasihnya.
Toh, cia juga tak keberatan.
Memerhatikan dengan lamat wajah gadisnya yang masih memerah karena tadi menangis.
Cia kini tersenyum, namun senyum pedih yang cakra lihat.
Pandangan gadis itu juga tak lepas dari foto yang ia pegang.
Cakra kini memberikan kembali foto itu pada cia, kemudian si gadis memasukan nya kembali ke dalam tas
"Cii.. "
"Kamu tau gak, apa hal yang selalu aku lakuin saat aku lagi sedih.. "
"Melihat bintang?"
Cakra menggeleng, melihat binatang memang salah satu healing nya. Tapi, itu bukan yang terbaik.
Cakra kini bersandar pada kursi kemudi, lantas memejamkan mata "Memejamkan mata, aku selalu ngelakuin hal itu. Karena terkadang, saat mata aku tertutup rasanya begitu nyaman. Sampai aku bener bener lupa sama kenyataan"
"Nikmati. Nikmati rasa sakit yang lagi kamu alami, biarin aja perasaan kamu mengalir seperti air... "
"Karena, lebih baik menikmati luka dari pada bahagia tapi terpaksa. Percuma kamu berusaha untuk terlihat bahagia, tapi perasaan kamu masih belum sembuh"
Cakra kini membuka matanya, menatap cia "Itu sama aja kamu bohongin dirimu sendiri"
Mata cia kini kembali berembun, cakra menangkup wajah gadisnya "Manusia memang bisa berbohong, tapi tidak dengan matanya"
Cakra kini kembali membawa cia kedalam pelukan nya.
Terus mengusap rambut gadisnya yang terikat, cakra tak henti hentinya memberikan kalimat penenang
"Aku akan selalu ada untuk kamu.. "
Ia hanya ingin, cia sepenuhnya meluapkan emosi yang selama ini gadis itu tahan.
Ia juga ingin, cia lebih terbuka padanya.
Menjadi bintang yang bersinar di kehidupan seseorang, adalah keinginan yang selalu cakra pinta pada Tuhan.
Tapi, kamu lupa satu hal cakra.
Kamu selalu ingin cia untuk terbuka padamu, tapi kamu selalu merahasiakan hidupmu sendiri pada Zivalicia.
Cia kini melepaskan pelukan nya, cakra kembali kembali menangkup wajah gadisnya.
Cup
Cup
Cia terkekeh, cakra mengecup kedua pipinya sekilas "udah nangis nya? Kalau udah, sekarang waktunya ketemu Papa sama bunda"
Cia mengangguk, karena hari ini ia akan berkunjung ke rumah cakra. Katanya bunda kangen, dan Papa nya cakra ingin bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Storie d'amore. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...