°
°
°
Cakra menyetir dengan kecepatan tinggi di tengah hujan dan petir. Lelaki itu tak henti hentinya menggumamkan kata maaf.Setitik air mata kini jatuh di pelupuk matanya. Ia terisak kecil, merasa gagal menjaga sang kekasih
Meski tak jarang cakra mendapatkan umpatan dari pengendara lain, ia tak peduli
Karena yang ada di pikiran nya kali ini hanya zivalicia
"Maaf.. "
"Maaf Cia.. "
Cakra menghentikan mobilnya didepan bangunan kosong, ia segera berlari menerobos hujan
Brak!
"GIBRAN BANGSAT!"
cakra berteriak marah, dengan nafas memburu lelaki itu kini masuk kedalam bangunan yang sudah usang
Emosi cakra semakin meluap. Ketika melihat gibran melakukan tindakan tak senonoh pada kekasihnya
Ia hancur
Perasaan marah dan sakit kini begitu mendominasi
"Hai cakra!" Gibran terkekeh pelan, ia masih memeluk Cia erat dengan tubuhnya yang tanpa atasan
Cakra tak kuasa melihat betapa hancurnya Cia saat ini
"Lepasin zivalicia!"
Cakra mengeram, ia sudah tak kuasa untuk menahan emosinya
"Berani maju selangkah, maka.. "
Tangan gibran mendekat ke arah leher si gadis "Kesayangan lo ini akan mati"
Langkah cakra terhenti, ia kini tertunduk. Ia merasa gagal
"Mau lo apa gibran?"
"Gue mau, lo harus tunduk"
Cakra berlutut "Gue mohon.. "
Gibran tertawa puas melihat cakra yang kini berlutut "Gue akan lepasin si bisu.. Asal lo harus cium kaki gue"
Cakra sudah tak memikirkan ego. Ia tak peduli, persetan dengan harga dirinya yang hancur
Cakra mengangguk yakin.
Kini gibran mendekat ke arah cakra, menyodorkan kaki kanan nya tepat di depan wajah sang musuh
"Lo memohon sama gue anak penyakitan?"
"Sekarang.. cium kaki gue"
Cakra mendekat, merangkak ke arah Gibran yang kini memasang wajah angkuh
Cia tak kuasa. Di ambang kesadarannya, ia melihat cakra yang kini bersimpuh di bawah gibran
Layaknya seorang budak
"Cakra.. Maaf"
Cakra terdiam sejenak, dengan air mata yang mengalir deras, lelaki itu mencium kaki sang musuh "Gue mohon.. "
"Lepaskan Cia"
Bugh!
Gibran terbahak setelah menendang wajah cakra begitu keras
"Cih! Gue gak nyangka lo akan serendah ini"
Cakra tak peduli.
Gibran mendekat ke arah cakra yang masih bisa tersungkur, membuat cakra mendongkak terpaksa dengan menarik rambut si lelaki "Senang melihat lo tak berdaya malam ini cakra.. "
"Dan ingat. Gue gak akan pernah puas, sebelum lo mati"
Gibran kini menyeret cakra. Menghempaskan badan lelaki itu mendekat ke arah Cia "Bye anak penyakitan! Dan lo bisu, terimakasih untuk malam ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...