°
°
°
Cakra kini meluruh, terduduk di toilet sekolah dekat kantin. Nafas lelaki itu memburu, dadanya naik turun karena oksigen yang semakin menipis.Lengannya dengan gemetar mengambil obat yang ia simpan di saku celana. Hendak membuka obat tersebut dengan susah payah
Sret
Wajah cakra kian memucat, ia dengan perlahan mendongkak, obatnya kini berada di tangan Gibran. Lelaki jangkung itu merebut obatnya.
Sial!
"Gib.. "
"Sttt... sa.. ak-kit"
"Sakit? Mana yang sakit? Sini gue obatin"
Bugh!
Gibran mendaratkan pukulan keras di dada cakra yang sudah memberat.
Gibran tersenyum, ia kini berjongkok di hadapan cakra yang masih berusaha menggapai lengannya "Utututu... kasian"
Wajah gibran kini berubah menjadi murung, menyodorkan obat itu di depan wajah cakra yang sudah semakin melemah "Mau ini ya?"
Cakra hanya mengangguk, karena sungguh ia sudah tak kuat! Nafasnya semakin memberat.
Kepalanya sudah pening, dan pandangannya semakin memburam.
Gibran kembali menjauhkan obat tersebut, lengannya kini terangkat ke udara. Ia senang, begitu bahagia melihat wajah cakra yang sudah tak bisa lagi menahan sakitnya.
"Dasar anak penyakitan"
Gibran tertawa sarkas, ia melemparkan beberapa pil yang ada di tempat nya ke lantai.
Mata cakra kini sudah terpejam, lengannya yang masih sibuk memegang dada kirinya kini sudah terkulai lemas
"Gib... sttt... to- olong"
Gibran melirik ke arah cakra yang sudah di ambang ke sadaranya, lelaki itu kembali melihat ke arah obat yang ia pegang. Masih tersisa 3 butir yang ada di tempatnya
Sret
Dugh!
"Bangsat!"
Nathan segera memasukan satu butir obat ke dalam mulut cakra, sahabat nya itu sudah berada di ambang kesadarannya.
"Cakra!"
Cakra sudah terkulai lemas di hadapan Nathan, Melvin melirik lelaki yang masih tersungkur di samping kanan Nathan.
Bugh!
Mencengkram kerah baju Gibran, mata Melvin kini di kuasai oleh emosi.
Amarahnya meluap ketika melihat cakra yang hampir tak sadarkan diri, ia tau ini pasti ulah gibran.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Cuih!
Melvin meludah tepat di wajah gibran yang sudah babak belur.
Sudah di bilang, jika Melvin itu sangat sensitif jika bersangkutan dengan Cakra. Ia sudah menganggap cakra saudara. Dan siapapun yang menyakiti sahabat nya, maka ia akan berakhir di tangan dirinya.
Kembali mencengkram kerah gibran, lelaki yang ada di bawahnya malah tertawa seperti orang idiot
Bugh!
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romantizm. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...