°
°
°
Cia kini terengah, menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.Dari parkiran rumah sakit sampai ke depan ruangan cakra, cia berlari seperti orang kesetanan.
Setelah mendapatkan pesan dari Melvin yang berisikan
Cakra udah bangun
Cia membuka pintu ruangan dengan pelan, saat pintu terbuka sudah ada Bunda, Lucas dan Melvin yang sedang terduduk.
Wajah cakra tampak terkejut, lelaki itu memandang cia gelisah "C-cia.. "
Lucas menoleh ke arah Bunda yang sama memperlihatkan raut wajah tak enak.
"Bunda malam ini istirahat di rumah ya? Besok kita kesini lagi, sekalian jemput Papa ke bandara"
"Iya bunda istirahat aja, udah 3 hari kan bunda gak pulang. Biar Melvin malam ini yang nginap"
Bunda mengangguk, menyetujui apa yang di sarankan Lucas dan Melvin "Ya sudah.. "
Wanita paruh baya itu berjalan ke arah cakra yang terduduk bersandar "Bunda pulang dulu ya?"
Cakra mengerjap, ia mengangguk kaku "Bunda.. "
Bunda yang semula sudah berjalan, kini kembali berbalik "Iya, sayang?"
"H-hati hati.. "
Lucas terkekeh pelan melihat wajah cakra yang memerah, bunda mengangguk, mencium kening putra bungsunya "Pasti.. "
Setelah pintu tertutup, kini Melvin mulai berdehem.
Melirik ke arah cakra dan cia yang sama sama terdiam
Tegang banget anjir, berasa lagi ujian gue
Melvin tertawa canggung melihat cakra yang kini melotot horor ke arahnya "Ahaha.. duh laper banget gue.. "
Lelaki itu berjalan mundur, menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal "Gue mau ke kantin dulu ya? Bye!"
Cakra mengumpat dalam hati setelah Melvin benar benar pergi
Anak sialan!
"Maaf.. " Itu yang pertama cakra ucapkan.
Cia masih terdiam, dengan lengan terkepal "kamu sakit apa?"
Cakra menelan salivanya kasar, ia harus beralasan apalagi?
Tak mungkin ia bicara pada cia jika cakra punya penyakit jantung! Bisa bisa cia menjauh.
Cakra rasanya mau menghilang saat ini juga!
"Aku cuma kecapean aja kok.. " Ucapnya dengan pelan
Cia kini berjalan mendekat "Pembohong"
"Kamu pembohong"
"Aku? Aku bohong apa? Aku serius, aku cuma kecapean aja, aku-" Cakra tampak panik, lelaki itu bahkan kini tak berani menatap mata kekasih nya yang sudah berkaca kaca.
Tatapan cia malam ini begitu menyiratkan amarah dan kesedihan.
"aku sudah tau semuanya"
"Kenapa? Kenapa kamu bohong?"
"H-hah?"
"Aku tau semuanya cakra"
Cakra kini tertunduk, meremat selimutnya dengan kuat.
"Maaf.. "
Cia menarik nafas dalam, ia kini terduduk di kursi dekat ranjang cakra "Aku tidak marah, tapi aku kecewa. Ini hal besar cakra. Kamu sudah tau semuanya tentang kehidupan ku, tapi aku? Aku bahkan belum tau tentang hal yang berkaitan denganmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...