40. terhasut?

320 48 8
                                    

°
°
°
Bukan cakra namanya kalau tidak bucin. Lelaki itu kini tengah menatap gadisnya ,terduduk di pojokan cafe. Menunggu zivalicia kerja adalah sesuatu hal yang menyenangkan

Cia kini tengah melayani beberapa pembeli dengan senyuman manis yang terpatri di wajah cantiknya

Terkadang, cakra cemburu

Kenapa cia harus tersenyum pada orang lain sih?!

Lelaki itu mengambil ponsel, memotret cia secara diam diam

Ia terkekeh pelan melihat hasil jepretan nya

"Dia cantik terus, apa gak bosen ya?"

"Udah jam sembilan.. "

Cia kini tengah berjalan ke arah nya, jam kerja gadisnya itu sudah habis. Lucas hanya memperbolehkan cia bekerja sampai jam 9

"Mau langsung pulang?"

Cia mengangguk, cakra kini memasukan ponsel kedalam saku jaket miliknya

Ia merangkul pinggang ramping milik kekasihnya "Gak mau kemana dulu gitu?"

"Tidak, aku mau langsung tidur"

"Tumben. Kamu gak sakit kan?" Cakra kini memutar badan cia, meraba kening kekasihnya "Tapi gak panas sih.. "

"Apa kamu pusing? Mual? Atau lagi dapet?"

"Mau apa? Mau coklat? Susu? Atau mau makanan lain? Mau belanja? Atau mau-"

"Aku mau kamu diam"

Cia berjalan mendahului cakra yang masih saja mengomel. Kupingnya sakit mendengar cerocosan kekasihnya itu.

Lagian, ia cuma kecapean saja.

Cakra saja yang lebay

Cakra memasuki mobil dengan mulut yang tak henti hentinya mengomel "Kamu tuh! Aku kan khawatir!"

"Aku hanya kecapean cakra"

"Beneran?"

"Iya"

Cakra menghela nafas lega. Ia kini melajukan mobilnya, membelah jalanan jakarta yang cukup padat.

Cia terus memandang keluar jendela. Menatap lampu jalanan dengan tatapan bosan.

Ia melihat ke arah cakra sebentar, kekasihnya itu tengah fokus menyetir. Sesekali cakra menggerutu karena memang sekarang mereka terjebak macet

Tuhan, aku ingin merasakan kebahagiaan ini lebih lama lagi.

Karena ia bosan, lengannya kini mencari buku diary mendiang ibunya yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi

Membaca beberapa lembar buku diary, kisah ibu dan ayah adalah sesuatu hal yang menyenangkan baginya.

Sesekali ia terkekeh lucu membaca betapa bucin nya ayah pada ibu.

"Kamu baca apa sih?"

"Kisah ibu dan ayah, ibu menulis semua tentang mereka di dalam buku diary ini"

"Mereka lucu. Ayah begitu mencintai ibu"

"Berarti ayah mu bucin?"

Cia mendengus, ingin sekali ia melemparkan kaca saat ini pada cakra "Kamu juga sama seperti ayah"

"Sama bucin nya"

"Ya habisnya, kamu cantik"

Lengan cakra terulur untuk mengusak rambut milik cia "Cakra.. "

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang