7. Bintang

499 64 9
                                    

°
°
°
Suasana kini mendadak hening. Tidak ada lagi celotehan Melvin yang terus mengomeli Ian dan Raka yang tadi bertengkar.

Bahkan Gavin yang sedang khidmat memakan Ramen pun kini tertunda, menyisakan setengah mangkuk lagi.

Keadaan begitu tegang, aura permusuhan begitu terasa oleh seisi kantin.

Namun satu pemuda yang membuat suasana tegang ini, kini tengah meminum Jus alpukat nya dengan santai.

"Pada kenapa sih tegang banget?"

Rahang Nathan mengeras, lengannya pun kini terkepal erat "Pergi" Ucapnya dingin.

Bahkan Gavin yang biasanya bertingkah konyol pun kini menatap pemuda itu tajam "Selain bodoh. Lo juga tuli?"

Pemuda itu Gibran Alvino Adhyasta tertawa kecil "Gue cuman mau menyambut kedatangan teman baik gue.."

Tawa itu berganti dengan seringai tipis "Selamat datang kembali Cakra Seano Davidson"

Wajah Cakra kini sudah memerah menahan amarah. Ia ingin sekali memukul wajah yang kini memandangnya angkuh.

Jemari pemuda itu mengetuk meja dengan lambat "Gue denger denger.. lo udah beberapa kali kepergok lagi berduaan sama si bisu ya? Selera lo serendah itu ya, jatuh cinta kok sama cewek Cacat"

Bugh!

Seisi kantin mendadak hening

Brak

Cakra dengan kesetanan kini terus memukul dan membantik Gibran tanpa ampun.

Tatapan nya kini menggelap

Entah kenapa ia tak suka jika ada yang menghina Cia, membuat ia emosi.

Bugh!

Satu pukulan kini kembali mendarat di pipi Gibran. Pria itu terbatuk

"Jaga ucapan lo, bangsat!" Cakra mencengkam kerah seragam Gibran erat. Membuat Gibran tercekik.

Bugh!

"Cakra udah!" Melvin dan Raka berusaha menenangkan. Kini mereka menjadi pusat perhatian.

Namun Nathan. Pemuda itu malah terdiam, seolah pemandangan yang ada di depannya kini adalah atraksi yang menyenangkan.

Gibran tertawa sinis "Kenapa? Emang gue bener kan?"

Tatapan tajam Cakra tak sedikit pun membuat nya takut. Ia malah semakin bahagia "Tapi bagus.. Kalian serasi. Si bisu dan si penyakitan"

Cakra terdiam, begitu pula kelima temannya di belakang.

Gibran menghempaskan tangan yang sedari tadi menyekiknya

Ia menepuk bahu Cakra pelan, seringai kini terukir menyaksikan Cakra yang diam membisu "Sana cari si cacat. Siapa tau dia mati"

..........

"Cia istirahat dulu.. " Cia tersenyum kecil ke arah lucas yang kini berjalan menghampiri nya

"Sebentar lagi kak, cafe juga sedang ramai"

"Iya kakak tau. Tapi kamu belum makan, ini juga sudah sore loh"

Gadis itu mengangguk, lucas akan sangat cerewet jika kata katanya tidak di turuti "ya sudah, cia makan sebentar"

Lucas tersenyum ia mengusak rambut Cia

Mereka sudah sedekat itu, Cia selalu menganggap Lucas sebagai atasannya.

Namun Lucas selalu menganggap cia adalah adiknya.

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang