°
°
°
Terlalu sulit untuk didefinisikanRasanya begitu senang? Terkejut? Atau malu?
Akh-- cia tak tau itu
Otaknya kini seakan tak berjalan. Jantung nya pun kini berdetak begitu kencang.
"Apa tadi itu mimpi?" Gadis itu bergumam, ia meraba bibir pink miliknya.
Tatapan heran tak henti hentinya ia tunjukkan "Apa cakra punya kepribadian ganda?"
Cia terheran pasalnya pria itu selalu berubah-ubah sikap.
Tadi saat di Koridor, Cakra bertingkah seolah-olah ia adalah babunya. Tapi sekarang? Bahkan pria itu menyatakan cinta dan dengan konyol nya mengecup bibir cia sekilas.
........
Cakra berjalan menyusuri koridor menuju ke kantin. Tadi Gavin mengirim pesan bahwa mereka sedang di kantin kelas 11.
Meski sekarang wajah nya tampak datar, tapi tidak dengan suasana hati nya.
Rasa apa ini?
Kenapa cakra bisa jatuh hati pada seorang zivalicia?
Gadis itu mempunyai daya tariknya tersendiri di mata cakra.
Pria itu kini menundukkan dirinya di samping Nathan, si pria dengan minim ekspresi.
Gavin tersenyum jahil, pria dengan poni yang menjadi ciri khas nya itu kini menyodorkan minuman yang tadi di pesannya "Muka seger banget, abis ketemuan sama ayang ya?"
"Berisik"
Raka tertawa kecil "Gapapa kali cak, kita dukung kok. Iya kan?"
Apa yang Raka bicarakan itu benar. Mereka sudah berteman sejak memasuki sekolah Dasar. Dulu sebelum cakra mengetahui ada penyakit yang bersarang di tubuh nya, cakra adalah orang yang hangat, mudah tersenyum dan selalu menunjukan hal hal positif.
Namun setelah cakra tau orang tuanya merahasiakan penyakit yang mematikan itu. Ia berubah menjadi cakra yang dingin yang tak berperasaan.
Sampai mereka menduduki kelas 8 SMP. Cakra di pindahkan ke Singapura untuk mendapatkan perawatan. Karena saat itu kondisi cakra sudah benar benar drop.
Awalnya mereka berempat tak tahu. Hingga Lucas, abang cakra. Memberi tahu mereka tentang penyakit yanga adiknya derita.
Mereka tentu saja sedih. Apalagi Melvin, lelaki itu bahkan sampai menangis.
Dan setelah kembali nya Cakra, mereka berjanji akan mendukung apa saja yang membuat cakra bahagia.
Mereka mengangguk setuju, apalagi Melvin "Setuju banget, apalagi kalau sekarang gue di traktir"
Ian memukul Melvin dengan sendok yang ada di lengangnya "Jangan kayak orang susah"
Melvin merengut sebal "Ya bapak gue kan cuman supir, anjir!"
Memutar bola matanya malas, memang teman satunya itu merendah untuk minta di puji "Bapak lo supir pesawat, bege"
Melvin tersenyum bodoh, ia kembali meminum thai tea miliknya "Eh tapi cak, lo harus hati hati sama Gibran deh"
Menaikan satu alisnya Seolah berkata kenapa?
Mereka ragu untuk memberi tahu hal ini pada Cakra, karena ini adalah hal yang tidak mengenakan.
Mereka juga tahu cakra itu orangnya seperti apa. Pria itu mudah sekali terpancing emosi.
Ian berdehem, lelaki itu menunduk seraya mengaduk kuah soto yang ada di mangkoknya "Soalnya cia-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Lãng mạn. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...