13. pulang

426 54 8
                                    

°
°
°
Setelah tiga hari di rawat, cia akhirnya di perbolehkan untuk pulang. Selama di rumah sakit, gadis itu terus di temani oleh cakra. Bahkan saat Lucas ada berkunjung pun, cakra selalu memandang sengit kakaknya tersebut.

"Cia harus pulang nya sama gue!"

"Tapi cak-"

"Gue bilang. Harus sama gue" Cakra berujar penuh penekan.

Bunda memijit pelipis nya pelan, dua putra nya kini sedang bertengkar. Masalah siapa yang akan mengantarkan cia pulang

Bahkan cia kini meringis karena lengannya di genggam kuat oleh cakra

"Astaga! Cakra! Itu kasian tangan cia" Cakra langsung mengendurkan cekalannya.

Bunda memandang cia dengan pandangan seolah meminta maaf. Ia sungguh malu dengan kelakuan dua putra nya yang seperti bocah

Tatapan cakra sudah seperti ingin menguliti Lucas, namun yang ditatap hanya mendengus malas.

Bunda mendekat, memeluk cia sebentar "Maaf ya, kalau cakra kasar"

Cia terkekeh pelan "Tidak apa apa bunda. Cakra itu baik" Karena memang menurut nya, cakra itu baik. Hanya saja cara menunjukkan kepedulian nya sedikit berbeda.

"Ck! Gak usah lebay" Cakra menggeret lengan kanan cia. Cia sedikit membungkuk ke arah belakang seolah berpamitan pada Bunda dan Lucas.

Lucas menatap prihatin pada cia yang sepertinya susah sekali menyamai langkah lebar cakra.

"Cakra.. Itu anak orang, bukan sapi"

........

Suasana di mobil cukup hening. Setelah acara menggeret di Koridor rumah sakit tadi, cakra kini belum mengeluarkan suaranya satu patah katapun.

Cia menatap keluar jendela mobil, pagi ini begitu cerah.

Alunan lagu yang berjudul Exile- Taylor Swift

I think i've seen this film before
And i didn't like the ending

Sesekali mata cis terpejam, menghayati setiap lirik yang didengar nya.

Jam menunjukkan pukul

08.15

Hari ini cakra sengaja membolos, ia tak mungkin mengijinkan cia pulang dengan Lucas.

"Lo mau mampir makan dulu?"

Mobil terhenti, karena lampu menunjukkan warna merah. Namun bising klakson tetap terdengar, cakra berdecak sebal "dasar manusia-manusia tidak sabaran"

Cia melirik sebentar ke arah cakra yang sedang menggerutu "Tidak, aku mau langsung pulang saja"

Cakra hanya mengangguk. Belum sempat dua detik lampu kemabli menjadi hijau, bunyi klakson sudah saling bersahutan "terlambat satu detik, tidak akan membuat mu terlempar ke neraka" Gerutunya sebal.

.........

Cia memandang takut pada pintu rumah berwarna putih yang ada di depannya kini.

Gadis itu menarik nafas dalam, tidak pulang sehari saja sudah membuat nya babak belur. Lalu apa kabar jika ia tak pulang selama tiga hari?

Berjalan menuju pintu dengan langkah gemetar

Tapi ini masih pagi, ada kemungkinan juga kakaknya sedang bekerja, jadi di rumah pasti tidak ada siapapun

Membuka pintu dengan perlahan, cia kini masuk dengan langkah pelan

Rumahnya tampak sepi mungkin-

Byur!

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang