25. bajingan

375 42 12
                                    

°
°
°
Sudah beberapa minggu setelah cakra mengenal kan cia pada keluarga nya.

Dan sudah beberapa minggu juga setelah kejadian di sekolah, yang mana membuat cakra harus jadi bahan tontonan.

Sudah seperti hal lumrah, cakra kini tengah menatap cia yang masih asik membaca buku.

Perpustakaan sekolah seperti nya sudah menjadi tempat ternyaman mereka untuk pacaran.

"Kamu nanti malem pulang kerja jam berapa?"

"Mau aku jemput?"

"Eh gak nanya deh. Ini perintah, aku jemput"

Cia melirik sekilas "Tidak usah, aku bisa pulang sendiri"

Cakra menggeleng heboh "Enggak! Pokoknya aku jemput. Lagian kamu juga, udah aku bilang gak usah kerja biar aku aja yang penuhi kebutuhan kamu. Bunda sama papa juga gak akan masalah kok"

Cia hanya mampu menghela nafas, cakra memang selalu menganggap semuanya mudah. Namun tidak dengan cia, gadis itu ingin menikmati uang hasil keringatnya sendiri.

"Aku bisa pulang sendiri cakra. Jangan keras kepala, perasaan ku tak enak sedari pagi"

"Itu cuma perasaan kamu doang, sayang"

Entah kenapa, sedari pagi perasaan nya tak enak. Seperti, akan ada sesuatu yang terjadi, tapi cia tak tau apa itu.

Namun, otaknya tak mampu lepas dari cakra.

Menoleh ke arah cakra yang masih menatapnya "kamu jangan keluar ya malam ini?"

Dahi cakra mengerut, ini sudah keberapa kali cia berbicara seperti itu "kenapa sih? Kenapa hm?" Cakra mengusak gemas rambut gadisnya.

Wajah cia tampak khawatir "Aku serius cakra. Malam ini kamu jangan keluar rumah"

Helaan nafas terdengar, cia kini terlihat sangat serius. Mengangguk pasrah, cakra tak ingin hanya karena ia tak menurut berakhir ia dan cia menjadi tak akur "Ya udah iya, emang kenapa sih ga boleh banget? Bisa aja kan itu cuma perasaan kamu doang"

Cia hanya mampu terdiam. Enggan untuk menjawab, karena saat ia merasakan perasaan ini mengingatkan nya pada kejadian satu tahun yang lalu

"Aku takut. Dulu sebelum ayah kecelakaan, aku juga merasakan hal yang sama seperti sekarang"

........

"Ahahaha! Ya lo bayangin aja anjir, muka si nathan pas nembak cewek se lempeng apa!" Gavin masih memegang perut nya karena terlalu lama tertawa.

Mereka berlima kini tengah ada di kantin, di meja biasa mereka berkumpul.

Kejadian awal bermula ketika ada salah satu kakak kelas yang menyatakan cintanya pada adik kelas.

Dan dengan otak random milik Ian, lelaki itu tiba tiba saja berkata "Lo bayangin kalau muka lempeng si nathan nanti nembak cewek kayak gimana"

Dan berakhir dengan nathan yang menjadi bahan bully-an ke empat sahabat priknya.

Namun lelaki itu masih mempertahankan wajah lempeng nya

Melvin kini mencomot roti yang sedang di makan Raka "Gue ngebayangin nya aja udah geli duluan anjir!"

Raka mendengus, menepuk lengan yang seenaknya mengambil roti yang sedang ia makan "Tuman!"

"Eh tapi, nanti malem kita serius mau ke rumah si Cakra?"

Melvin mengangguk "Iya dong! Gue udah lama banget gila ka rumah si cakra! Kangen banget masakan bunda"

"Jam berapa?" Tanya nathan yang sedari tadi diam.

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang