18. Gracia Aluna

383 52 4
                                    

°
°
°
"Bahkan biaya sekolah kamu, sudah di bayar sampai kamu lulus"

Mata cia melotot mendengar nya "Tapi, siapa yang bayar bu?"

"Saya tidak bisa memberitahu kan nya"

Cia hanya mengangguk lesu "Terimakasih bu, saya permisi"

Cia masih berpikir, siapa yang membayar biaya sekolah nya? Apa mungkin aluna?

Tapi, rasanya tidak mungkin. Jangankan untuk membayar biaya sekolah, memberi uang untuk bekalnya saja. Aluna tak pernah

Cia terus berjalan dengan pikiran tak karuan

Langkah cia terhenti ketika di depan pintu UKS, mendengar ada suara yang menurutnya aneh "Suara apa itu?"

Jendela UKS yang tak tertutup gorden, memungkinkan cia untuk bisa melihat orang yang ada di dalam UKS

Cia sedikit mengintip, menutup mulutnya kaget

Di dalam ia melihat Angel dan Gibran yang sedang bercumbu

"Emhhh... Gib, udahhhh"

"Sttt, diem gue pengen lebih"

"Kan... Stttt... Bishaa dirumahhh"

Merasa terkejut saat tiba tiba ada yang menutup matanya "Mata kamu kotor"

Cakra berbisik tepat di belakang cia

Lelaki itu membawa cia pergi, menarik si gadis menuju lapangan basket Indore yang memang tak jauh dari UKS "Jangan ngintip lagi kayak tadi, itu gak baik"

Cia mendudukan dirinya di pinggir lapangan "Aku tadi hanya penasaran, ada suara aneh"

Cakra melotot. Astaga, ini cia memang polos atau bagaimana?

Suara-suara aneh katanya?

Cakra hanya mampu melongo, tidak tau harus berkata apa?

Cakra kini mendudukan dirinya di hadapan cia "Kamu penasaran? Mau coba" Ujarnya tanpa beban

Cia menutup mulutnya, menggeleng dengan ribut.

.....

Cia masuk kedalam rumah, hari ini cukup melelahkan, cafe lumayan ramai.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Aluna yang tertidur di sofa ruang tengah

Cia berjalan mendekat, ia tak mau badan kakanya itu akan sakit jika kelamaan tidur dengan posisi terduduk.

Namun, bau alkohol begitu tercium.

Apa mungkin, dari semalam Aluna tak pulang karena kakaknya itu pergi untuk minum minum?

Cia membopong badan Aluna yang cukup berat, kakaknya itu seperti nya tidak sepenuhnya tertidur

Karena cia mendengar racauan meski dengan suara pelan.

Aluna memandang cia dengan mata sayu, mendongor adiknya itu meski tak ada tenaga sedikit pun.

Alhasil mereka hampir terjatuh jika cia tak bisa menahannya.

"Lo! hik.. jal hik ang"

Aluna terus meracau dengan mata yang merem melek, cia tak merespon.

Karena ia tau, kakaknya ini sedang berada di bawah pengaruh alkohol

"Lo.. "

Aluna kembali menujuk cia menggunakan lengan kanannya "Huek! Huek! Huek!"

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang