°
°
°
"Udah 2 hari loh dia gak masuk"Melvin mendudukkan dirinya di samping Gavin yang tengah membaca komik.
Mereka kini tengah ada di rooftop sekolah, bersama dengan raka, ian, cakra dan cia tentunya.
"Apa ada yang dia sembunyiin dari kita?" Tanya raka yang sedari tadi terdiam
Dahi Ian berkerut, ia menyimpan jari telunjuk nya di bawah dagu. Raut wajahnya begitu ketara ia sedang serius "Menurut gue sih.. mending lo tanya cakra!"
Cakra yang disebut, menunjuk dirinya sendiri "Setelah kejadian di rooftop gue gak pernah lagi ketemu sama dia"
Cakra kembali membuka mulutnya, membiarkan cia menyuapi roti yang tadi di beli di kantin "Apa mau kerumah nya aja?"
"Sayang mau minum"
Cia menyodorkan satu kotak susu pada cakra, lelaki itu meminum susunya dan kembali menatap pada keempat orang yang ada di sana "Gimana?"
Gavin menutup komik, ia menyimpan buku komik di saku celana miliknya "Kan gue udah bilang. Semenjak cakra koma, dia jadi ngehindar dari kita! Coba lo telepon deh sekarang!"
Melvin mengambil ponsel miliknya, mengetik nama nathan dan melakukan panggilan. Namun sayang, ponsel nathan bahkan tak aktif "Gak aktif"
"Tuh kan apa gue bilang! Si muka tembok itu emang ngehindar dari kita!"
Raka menghela nafas, ia sebenarnya tak mau mencurigai nathan. Tapi, mengingat saat dimana ada suara tembakan di dekat mobil cakra, nathan juga berada di tempat yang sama.
Ia jadi mengingat, waktu itu ia melihat dengan jelas nathan yang sedang memandang ke arah cakra dengan tatapan datar namun sorot lelaki itu seperti menyimpan kebencian
Apa nathan musuh dalam selimut?
Raka menggeleng, itu tak mungkin!
Persahabatan mereka bahkan sudah terbangun dari jaman masih SD
"Gak mungkin"
"Apa nya yang gak mungkin?" Ia bertanya penuh curiga pada Raka. Wajah Raka seketika panik, ia dengan segera menggeleng "Enggak!"
Tatapan semua nya kini tertuju pada Raka "Maksud gue. Gak mungkin nathan ngejauhin kita tanpa sebab kan?"
Mereka mengangguk setuju
Tapi tidak dengan cia dan cakra
Cia memikirkan perkataan nathan yang sempat berbicara bahwa lelaki itu membunuh kekasihnya.
Apa nathan hanya bercanda?
"Cakra udah mati"
"Lo tau kenapa gue bunuh cakra?"
Cia menggeleng, mereka masih berdiri bersebelahan di ujung tangga
Nathan menyekal tangan cia, tersenyum ke arah sang gadis dengan senyum yang sulit di artikan "Siapapun yang menghalangi kebahagiaan gue. Maka harus mati"
"Termasuk cakra.. "
Nathan kini semakin mendekatkan wajahnya, berbisik tepat di dekat telinga si gadis "Menurut lo apa yang lebih penting... "
"Cinta atau persahabatan?"
Cia bergidik, tatapan nathan begitu menusuk "Gue bahkan gak tau. Ini cinta atau obsesi"
"Sayang!"
Cia mengerjap beberapa saat. Cakra kini tepat di depan wajah nya.
Wajah cia memerah, posisi mereka saat ini begitu ambigu "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...