4. sosok ibu

664 76 4
                                    




Zivalicia, gadis itu kini terbangun dengan pusing yang teramat di kepalanya.

Mengerjapkan mata, ia lantas melihat sekitar dengan bingung.

"Aku di mana?"

Tembok dengan tema monokrom itu kini yang menyambut indra penglihatannya.

Ceklek!

Wanita yang sangat terlihat anggun memasuki kamar yang sedang Cia tempati

Wanita dengan umur 40 an itu -seperti nya. Ia berjalan mendekati Cia dengan nampan berisikan bubur dan air putih.

"Sudah lebih baik, nak?"

Suara lembut itu mengalun dengan indah, Cia hanya tersenyum kikuk.

"Sekarang makan dulu ya? Biar bunda suapin.. "

Cia menggeleng, ia merasa tak enak.

Melihat raut tak enak dari gadis yang ada di depannya kini, membuat wanita peruy baya itu terkekeh "Tidak perlu merasa tidak enak, Bunda malah seneng loh.. "

Cia menerima suapan bubur itu dengan hati yang menghangat

"Bunda malah seneng, karena putra bunda sudah tidak mah bunda suapi lagi.. "

Cia terus mendengarkan, sesekali ia tersenyum dan mengangguk

"Apalagi Cakra, dia itu irit banget bicara nya.. "

Cia memiringkan kepalanya Seolah berkata "iya kah?"

Wanita paruh baya itu mengangguk "Iya! Dia itu kayak kulkas berjalan, makanya waktu bunda liat dia bawa kamu kesini bunda kaget. Soalnya Cakra belum pernah bawa temannya satu pun kerumah"

Cia mengangguk paham "Apa Cakra se tertutup itu?"

Ia melihat di nakas ada satu pulpen, menuliskan ditangannya "Maaf aku tidak bisa berbicara, terimakasih sudah membantu tante, dan maaf jika merepotkan"

Cia berpikir wanita paruh baya itu akan mengusirnya jika tahu apa kekurangan yang Cia miliki.

Namun, wanita itu malah tersenyum "Tidak apa apa, itu tidak masalah.. Dari dulu, bunda ingin sekali anak perempuan, tapi bunda tidak bisa. Jadi sekarang nak..."

Ia melihat name tag di pakaian sekolah yang Cia kenakan.

"..... nak Cia, panggil Bunda jangan tante ya? Bunda Manda.. "

Entah kenapa, hati Cia merasa tersentuh.

Seumur hidupnya ia tak pernah memanggil seseorang dengan sebutan Bunda

Terkecuali Ibu nya yang telah tiada.

"Sudah bangun ternyata.. "

Cia melotot, wajahnya tampak panik.

Membuat pria dengan tinggi 180 cm itu terkekeh lucu "Muka kamu biasa aja dong, Mas bukan setan jadi gak usah takut.. "

"Jangan pecat aku, maaf aku tidak masuk kerja hari ini"

Mengerti apa yang di ucapkan gadis yang ada di depannya kini "Kamu gak perlu minta maaf, Mas juga gak akan pecat kamu, kamu lagi terkena musibah masa mas pecat"

"Pecat?" Manda menoleh bingung

Ia menatap putra sulungnya dengan tajam "Kamu memperkerjakan anak sekolah, Lucas?"

Lucas menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal "Cia maksa bunda, Lucas tidak tega.. Ya gitu"

"Astaga Cia, kamu masih sekolah nak! Kamu itu harusnya fokus belajar!"

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang