41. Maaf dan terimakasih

330 55 3
                                    

°
°
°
Cakra sedari tadi tak henti hentinya tersenyum, ia memandang dua wanita yang berarti di hidupnya dengan tatapan teduh.

Di depan sana ia melihat cia dan bunda yang sedang memasak daging

Di bawah langit yang penuh bintang, malam ini cakra mengajak keluarga nya dan cia untuk makan makan

"Gigi mu bisa kering loh dek!"

Wajah cakra kembali menjadi datar, ia memandang lucas kemusuhan

Lucas tergelak melihat raut adiknya yang kembali menjadi datar, secepat itu ekpresi cakra berubah

"bercanda!"

Dengan perasaan dongkol, cakra memukul lengan kakaknya brutal.

"Sakit! Woy dek sakit! Astaga!"

Bunda dan cia yang sedang asyik memasak kini menoleh ke arah nya.

Cakra berdehem, ia menendang tulang kering milik Lucas membuat kakaknya itu mengaduh kesakitan

Ia kini memandang Lucas dengan wajah tengil andalannya "Bercanda"

Lucas mengeram, ia menatap kesal pada cakra yang kini berlari ke arah cia dan bunda

"Punya adik akhlak nya di jual di pasar kali ya?!"

Cakra mendekat ke arah bunda dan cia, ia merapatkan dirinya pada sang gadis "Lagi ngapain?"

"Basa basi yang sangat basi" Lucas menyahut dari arah belakang.

Cakra hanya memutar bola matanya malas "Gue gak ngomong sama setan!"

"Cakra!" Tegur bunda.

Cia terkekeh melihat interaksi kedua kakak beradik itu. Lucu sekali, andai saja ia dan aluna bisa akur seperti mereka. Mungkin, cia akan sangat bahagia

Chandra yang melihat keempatnya hanya bisa tersenyum maklum. Ia memandangi anak bungsunya lamat, sudah lama semenjak kejadian itu ia tak pernah lagi melihat putra nya seceria sekarang.

Tuhan begitu baik karena telah mengirimkan seseorang yang bisa membuat putra nya kembali bersemangat dalam menjalani hidup

Cakra mendekat ke arah Lucas yang sedang membuat api unggun. Lelaki itu kini menendang pantat kakaknya yang masih berusaha menyalakan api.

Cakra tergelak, sangat bahagia melihat Lucas menderita.

"Cakra! Sakit woy!"

"Hahahah! Dasar letoy!"

Chandra menggeleng "Cakra sini!"

Anak bungsunya itu hanya bisa menganggu. Lebih baik ia ajak untuk bermain catur saja

Cakra berjalan mendekat, ia kini terduduk di samping Chandra

Merebahkan dirinya di rerumputan "Makasih ya pa"

Chandra mengikuti putranya, ia kini sama berbaring di rerumputan "Makasih untuk apa?"

"Untuk semuanya. Untuk yang papa kasih selama ini sama cakra, untuk pengobatan cakra yang gak murah"

"Maaf pa, cakra selalu merepotkan kalian. Cakra pasti menyusahkan ya? Dari kecil, papa dan mamah selalu kerepotan karena penyakit cakra. Cakra juga tau, waktu perusahaan papa hampir bangkrut, mamah jual semua perhiasan nya untuk pengobatan cakra"

Cakra menghela nafas sejenak, ia kini memandang papa nya "Sebenarnya, cakra gak pernah marah sama kalian. Cakra marah sama diri cakra sendiri. Kenapa cakra harus terlahir dengan penyakit yang membuat orang yang cakra sayang kesusahan?"

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang