°
°
°
Cia sedari tadi tak henti hentinya membersihkan wajah cakra yang terkena cipratan darah, tangannya kini bergetar hebat.Tapi tidak dengan cakra, lelaki itu masih memikirkan siapa yang menyuruh pria berbaju hitam itu untuk membuntuti kekasihnya.
Cakra kini melepas hoodie miliknya, melemparkan sembarangan pada jok belakang. Hoodie yang ia kenakan tadi begitu banyak cipratan darah
"Jangan khawatir"
Tangan cakra kini tergerak untuk menggenggam tangan kekasih nya yang masih gemetar "Aku baik baik saja"
Cia tak kuasa menahan tangisnya, ia kini memeluk cakra dan menumpahkan semua ketakutan nya pada pelukan hangat yang selalu ia inginkan
Cakra tersenyum tipis, mengusap punggung cia yang masih gemetar hebat "Maaf"
"Maaf udah bikin kamu khawatir"
Cia melepaskan pelukannya "Aku takut cakra"
"Aku takut terjadi sesuatu hal buruk lagi sama kamu!"
Suara tembakan yang begitu jelas terdengar oleh cia, bahkan saat badan cakra terkena cipratan darah pun cia melihat nya
Cia tak bisa melupakan bagaimana pria yang ada di dekat cakra di tembak dari jarak jauh oleh orang tak di kenal
Bahkan cia tak bisa melihat orang yang menembak itu dari arah mana
"Maaf.. "
Tok
Tok
Tok
"CAKRA!"
Cakra membuka pintu mobil, dilihat nya Ian yang berlari ke arahnya dengan nafas tersenggal "Lo gak papa kan?"
Cakra menggeleng, ia menunjuk pria yang masih tergeletak tak jauh dari mobilnya "Yang mati dia, bukan gue"
Ian menghela nafas lega, sahabat nya yang satu memang suka sekali membuat nya mendapatkan serangan jantung mendadak
Ian kini berjalan mendekat ke arah jasad si pria yang masih tergeletak dengan luka tembak di dada kirinya
Mengamati wajahnya beberapa saat "Muka udah jelek, perilakunya kayak setan"
Ian kembali berjalan menghampiri cakra "Lo mau apain tuh mayat?"
"Orang suruhan bokap udah otw sih"
Ian mengangguk, tak lama Raka menghampiri mereka dengan wajah linglung miliknya.
Melihat ke arah mobil cakra, mengamati wajah cakra dan cia bergantian
Lantas melihat ke arah jok belakang
Cakra menatap heran sahabat nya itu "Lo cari apa?"
"Kalian, cuma berdua?"
Cia menghapus air matanya dengan punggung tangan lantas mengangguk "Iya, kenapa?"
"Beneran?" Tanyanya dengan ragu
Ian memukul kepala sahabatnya itu dengan keras "Lo kalau goblok tau tempat dong!"
Raka meringis "Sakit bego!"
"Lagian gue kira lo berdua sama Nathan!"
Cakra dan cia saling melirik, mereka memandang sekitar "Gue bahkan belum liat Nathan setelah bangun dari koma"
Ian menggeret Raka yang masih bingung dengan apa yang di lihat nya tadi "Udah lah! Emang efek kesiangan nih curut. Mending kita cepetan kesekolah, makin telat nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...