23. Aku pembunuh

379 44 3
                                    

°
°
°
Dear diary

20 Desember 19XX



Tahun sudah berganti, dan aku belum juga mendapatkan keturunan. Membuat pikiran ku semakin kalut

Aku semakin takut. Aku takut suami ku akan menjauh dari ku, sedangkan aku tak punya siapapun di dunia ini.

Suami ku adalah anak tunggal di keluarga nya. Patut jika mertua ku selalu berbicara ia ingin memiliki cucu, namun ia ingin cucu yang terlahir dari rahim ku. Darah daging anaknya.

Tepat satu minggu yang lalu, saat aku membuka pintu apartemen yang tak jauh dari rumah mertua ku.

Aku di kejutkan dengan seorang bayi yang mungkin usianya baru 1 bulan.

Hati ku terenyuh, begitu sakit saat melihat bayi yang tak berdosa menangis menginginkan Asi dari seorang ibu yang telah membuangnya.

Aku membawa bayi itu masuk ke dalam apartemen ku, dan kedalam hidupku.

Suami ku setuju.

Tapi tidak dengan mertuaku.

Mereka menyuruhku untuk membuang kembali bayi perempuan yang ku beri nama Gracia Aluna

Aku enggan, begitu pula dengan suami ku.

Beliau di ancam, hendak memilih aku dan bayi ini atau orang tua nya sendiri.

Aku khawatir, aku tak ingin suami ku menjadi anak durhaka pada kedua orang taunya.

Namun di satu sisi, aku pun tak sanggup jika harus kehilangan bayi yang sudah ku anggap anak ku sendiri.

Hingga keputusan suami ku membuatku terdiam.

Beliau memilihku dan bayi yang bahkan bukan darah daging nya.

Kami berdua tentu saja di usir, dan suamiku rela tak di akui anak serta mendapatkan warisan hanya demi anak kami Gracia Aluna.

..............

Cakra kini tengah berjongkok di antara dua makam.

Lelaki itu menatap kekasih nya yang tersenyum sendu menatap dua batu nisan

Anastasya Kiera
1980-2006

Arsen Bryankusuma
1977-2021

"Cii.. "

Cia menoleh, lengannya masih sibuk membersihkan daun kering yang ada di makam kedua orang tuanya.

Kini ia menyimpan dua bunga mawar putih. Karena kata ayah, Ibu sangat suka pada mawar putih, dan ayah akan menyukai apapun yang ibu sukai

"Mereka orang tua ku.. "

Cakra tak tau harus bicara apa, ia sungguh terkejut.

Lengannya kini terulur untuk mengusap batu nisan berwarna hitam dengan bertuliskan Anastasya Kiera

"Ibu.. "

"Aku cakra, orang yang lancang mencintai putri mu yang begitu sempurna. Cia tumbuh menjadi gadis yang kuat bu. Terimakasih telah melahirkan bidadari tak bersayap, orang yang mampu membuat ku lebih bersemangat untuk menjalani hidup"

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang