35. Musuh?

339 52 11
                                    


°
°
°
"Selamat pagi pacar!" Cia terlonjak, ia sedang menunggu angkutan umum, namun sekarang cakra tengah berdiri di hadapnya mengenakan seragam sekolah

Setelah 4 hari lamanya cakra beristirahat di rumah, kini lelaki itu sudah di perbolehkan untuk kembali bersekolah

Ia sungguh bersemangat sampai sampai bangun pun terlalu pagi

Cakra kini sudah siap "Kok kamu bengong?"

Cakra melambaikan tangannya di hadapan si gadis

"Kamu kenapa sekolah?"

"Ya kan aku masih pelajar"

"Kamu kenapa sih? Pacarnya sekolah bukannya seneng malah aneh gitu mukanya"

Cia tersenyum kecil, lantas berdiri dan menangkup wajah cakra yang tengah cemberut "Lucunya pacar aku"

Cakra terkekeh, ia tak jadi ngambek.

Mood nya kembali membaik

Cakra menepuk pelan kening kekasihnya, lantas mencubit hidung si gadis "Cantiknya pacar aku"

Mereka tertawa kecil

Cakra kini menggenggam jemari lentik kekasihnya, berjalan menuju mobil yang tak jauh terparkir dari tempat cia menunggu angkutan umum

Membukakan pintu mobil untuk gadis nya "Silahkan tuan putri"

Cia tersenyum manis, cakra lucu sekali pagi ini

Cakra melajukan mobil nya di kecepatan sedang, lagian ini juga masih terlalu pagi

Lagu yang berjudul

Happier - Olivia Rodrigo

Kini menemani perjalanan mereka menuju sekolah

"Kamu sudah sarapan?"

"Sudah, kalau belum nanti kamu marah"

"Obatnya kamu bawa? Sudah di minumkan?"

"Sudah cia, aku sudah bawa semuanya"

Cia mengangguk, ia memandang keluar jendela, melihat gedung gedung pencakar langit

Matanya kini meliar, melihat beberapa pendengara sudah mulai ramai di jalanan

Fokusnya kini teralih pada kaca spion mobil, dahi cia mengerenyit melihat mobil yang seperti nya membututi ia dan cakra?

Cia rasanya pernah melihat mobil itu, tapi di mana?

Ia berusaha mengingat

Bukannya itu mobil yang sudah 5 hari terakhir ini mengikutinya? Setelah cakra keluar dari rumah sakit, mobil itu selalu mengikuti kemana pun ia pergi

Apa orang itu mengincar cakra? Atau mengincar dirinya?

Cia menggeleng, berusaha menepis pikiran pikiran buruk

Mungkin saja, itu hanya kebetulan

Mungkin saja mereka memang searah.

Di sisi lain, cakra terus memandang gusar pada kaca spion mobil.

"Sayang, aku takut kita terlambat, aku ngebut gapapa ya?"

Cia hanya mengangguk, lagian ia juga merasa tak enak hati dari tadi.

Cakra menambah kecepatan mobil nya.

Begitu pula mobil yang mengikuti ia sedari tadi.

Cakra menggeram, memukul setir mobil pelan.

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang