28. kecewa

423 45 4
                                    

°
°
°
"Pengen gue bunuh!" Melvin berujar dengan menggebu.

Setelah adanya keajaiban bahwa jantung cakra kembali berdetak, anak itu dinyatakan koma. Dan tidak tahu kapan akan sadarnya.

Kini mereka tengah berkumpul di taman rumah sakit, meski jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari.

"Kenapa gak lo laporin aja sih ke polisi?!" Tanya Raka

Nathan memandang malas, menyentil jidat sahabat nya "Polisi gak sebodoh itu buat nangkap orang tanpa bukti"

Raka mengaduh "Emang gak ada CCTV-nya tuh tempat?"

Gavin menarik nafas dalam, ia berusaha menetral kan emosi nya "Raka anak pinter. Cakra lewat tempat sepi, dan asal lo tau itu tempat bahkan jarang banget di lewatin sama orang. Lagian si cakra emang bener bener cari mati tuh anak! Mau gue pukul tapi dia lagi koma"

"Iya juga sih.. "

"Tapi kenapa lo bisa yakin banget kalau itu ulah gibran?" Tanya ian yang sedari tadi hanya menyimak, lengannya sibuk mencabuti rerumputan

Nathan mengangkat bahunya acuh "Orang buta juga tau itu perbuatan si gibran"

Terkadang mereka bingung. Kenapa gibran selalu mengusik kehidupan cakra? Padahal cakra tak pernah sedikit pun mengusik kehidupan lelaki itu.

Melvin menghela nafas, matanya masih bengkak karena lama menangis "cakra punya salah apa sih sama tuh setan?"

Gavin menepuk kedua tangannya yang kotor "lo tau gak sih, kadang tuh sebagian manusia bisa benci sama manusia lain tanpa sebab"

Raka merangkul ian, mengelap kan lengannya pada baju belakang milik sahabatnya "Kalau kata gue sih, dia iri sama cakra. Lo tau sendiri kan, gimana dulu dia di banding bandingin sama cakra pas SD? Bahkan dia juga dulu korban bully"

Ian menepis lengan Raka "Kotor bangsat!"

"Tapi, dia juga lupa. Kalau selama 6 tahun yang sering nolongin dia dari bully itu si cakra"

Nathan merebahkan dirinya di samping Melvin yang sudah memejamkan mata "gibran selalu berpikir kalau dunia gak pernah adil sama kehidupan nya. Gibran juga selalu berpikir bahwa dia orang paling menderita. Tapi gibran lupa satu hal, kalau dunia emang gak pernah adil buat semua orang"

"Dia egois.. " Timpal Melvin yang masih memejamkan matanya.

"Semua manusia itu emang egois"

"Nath.. "

"Apa?"

Gavin bergidik ngeri "Lo gak kesambet setan rumah sakit kan? Baru kali ini gue denger lo ngomong panjang lebar kaya jalan tol"

.......

"KALAU LO DI TANGKAP POLISI GIMANA?!"

Gibran menghempaskan dirinya pada kursi ruangan rahasia, Angle terduduk di hadapan kekasihnya yang baru saja berpergian.

Gibran mengibaskan tangannya "Gue bukan manusia bodoh"

"Ya tapi tetep aja! Sidik jari lo pasti nempel di tubuh cakra"

Gibran melepaskan sarung tangan yang sedari tadi di pakainya. Ia juga melepaskan jaket hitam dan juga maskernya "Lo gak buta untuk liat gue pake sarung tangan"

Angel tersenyum, kini ia mendekat dan terduduk di pangkuan sang kekasih "lo emang terbaik"

Gibran menarik pinggang angel agar semakin mendekat "Tapi gue gak yakin dia udah mati atau belum"

"Kalau belum mati?"

"Ya gapapa sih. Gue masih ada banyak waktu, buat kasih dia hadiah yang lebih dari ini"

ZIVALICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang