°
°
°
Aluna membuka mata, ia memandang sekeliling dengan pandangan bingung. Seingatnya tadi ia sedang tertidur di kamar orang tua nya. Tapi sekarang, ia tak tau ini di manaTempat ini begitu aneh menurutnya. Ia seperti ada di taman bunga, namun semua bunga itu bunga mawar putih.
Itu adalah bunga kesukaan ibu.
"Ibu?" Panggilnya entah pada siapa
Aluna melihat sekeliling, ia sungguh bingung saat ini
Aluna terus berjalan lurus tanpa tujuan, namun jalan ini seperti tak berujung
Sayup sayup ia mendengar suara gemericik air, mungkin di sini ada sungai? Atau air terjun?
Aluna berjalan mengikuti suara air.
Kini ia menatap kagum pada air terjun yang begitu menakjubkan.
Suara air itu begitu menangkan.
Tak jauh dari air terjun, ia melihat ada seseorang yang tengah duduk membelakanginya. Mengenakan baju putih dengan rambut yang di gerai dan bermahkota bunga putih pula
Aluna mengenali baju itu, itu adalah baju kesukaan mendiang sang ibu. Karena kata ibu, ayah menyukai saat ibu memakai baju itu. Jadi, apa yang ayah sukai maka ibu juga akan menyukai nya
Aluna berjalan dengan tergesa, ia ingin segera memeluk wanita yang telah membesarkannya.
"Ibu?" Panggilnya lirih,
Wanita dengan gaun putih dan mahkota bunga itu berbalik, tersenyum manis ke arah Aluna yang diam mematung
"Zivalicia?"
"Lo ngapain di sini? Dan itu...itu baju ibu!" Tunjuk nya pada baju yang adiknya kenakan
Cia tetap mempertahankan senyum nya, bahkan saat kini Aluna menatap ia marah.
"Cia sayang kakak"
Aluna terdiam, kenapa ia bisa paham apa yang cia isyarat kan tadi?
"Lo!"
"Dan sampai kapan pun, cia akan tetap sayang kakak. Meskipun suatu saat nanti kebenaran akan kakak ketahui, cia akan tetap menyayangi kakak"
Aluna menggeram, ia tak suka jika barang ibunya di pakai oleh siapapun
Ia berjalan mendekat ke arah cia. Namun saat ia semakin mendekat, tiba tiba saja ada cahaya yang begitu menyilaukan.
Aluna menutup matanya sebentar.
Saat tepat berada di depan adiknya, matanya kembali membulat.
Ia kini berada di tengah tengah taman bunga, tidak ada lagi air terjun yang tadi ia lihat
Dan wanita yang tadi ia lihat adalah zivalicia, kini berganti dengan wajah ibunya.
"Ibu?"
Tasya mengangguk, tersenyum hangat dan memeluk putri pertamanya
Aluna memeluk ibunya erat, ia menangis di dalam pelukan yang selama ini ia rindukan "Aku kangen ibu, ibu kenapa pergi secepat itu? Kenapa ibu ninggalin aku sendiri? Ayah tak sayang aku bu, dia lebih mementingkan cia. Aku benci cia bu, dia yang sudah merebut semua kebahagiaan aku"
Tasya kini menuntun Aluna menuju pinggiran pantai, terduduk di hamparan pasir putih "Aluna sayang ibu?"
Aluna mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVALICIA
Romance. . . . . "Hujan dan Senja kini menjadi sesuatu yang berarti setelah saya mengenal kamu" -Cakra Seano davidsion Di bawah guyuran air hujan dan kilatan petir menyambar, kisah ini berakhir dengan pelukan hangat yang mengantar mereka pada keabadia...