Bab 61

41.8K 4.8K 158
                                    

Happy Reading ♡'・ᴗ・'♡

Setelah turun dari mobil, Ezriel menatap sebuah bangunan yang cukup menjulang tinggi di depannnya dengan sebuah senyuman. Sudah satu minggu ini dia tidak menginjakkan kaki di bangunan ini, bangunan yang menjadi tempat tinggal dia dan istrinya beberapa bulan ini.

Melangkah kaki nya kedalam untuk segera bertemu dengan istri kecil tercinta nya. Dia sangat merindukan istri kecil nya, merindukan sebuah pelukan nya, senyuman manis nya, tawanya, masakkan nya, kerusuhan nya, kejailannya, kemajaan nya dan kecupan nya yang selalu diberi istri nya itu di pagi hari serta malam nya. Semua dia rindukan apa yang ada di diri istri nya. Dan sekarang dimana keberadaan sosok wanita yang dicintai nya itu.

Meskipun baru pulang kerja tetapi dia merasa ketampanannya masih menguar. Inilah resiko mempunyai wajah tampan paripurna. Sambil berjalan Ezriel melepaskan jas yang menempel di tubuhnya, kemudian melipatkan lengan bajunya sampai batas siku dan melonggarkan dasinya yang terasa mencekik di lehernya. Setelah itu dia menyugarkan rambutnya ke belakang menggunakan telapak tangan nya. 

Langkah dia sempat terhenti ketika menyadari bahwa suasana di rumahnya sangatlah sepi tidak seperti biasanya. Tetapi mungkin istrinya itu berada di kamar sedang tidur siang. Memang kepulangan nya tidak dia diberitahukan karena dia ingin memberikan kejutan kepada istrinya itu.

Namun, ternyata istrinya itu tidak ada di dalam kamar. Lalu kemana istrinya itu. Meskipun hari ini dia kecapekan tetapi dia ingin segera bertemu dengan Luna nya. Selang beberapa menit kemudian ada yang mengetuk pintu kamarnya, Ezriel membuka pintu dan ternyata itu adalah asisten kepercayaan nya.

"Maaf, tuan." Asisten itu menundukan kepalanya seperti ketakutan, mungkin. Padahal Ezriel hanya menatap dengan raut wajah datarnya.

Asisten itu kembali mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah tuannya.

"Eum. Anu, anu. I-itu tu-tuan. Anu eumm..." Asisten itu mengatakan dengan suara terbata-bata.

"Kenapa, bi?" Tanya Ezriel pada akhirnya. Bingung melihat tingkah asisten nya yang tidak kunjung menyelesaikan ucapannya.

"Nyo-nya, tuan. I-itu."

"Dimana istri, saya?" Potong Ezriel cepat dengan raut wajah dingin.

"Di taman belakang." Jawab nya cepat seperti di kejar hantu.

Setelah mendapatkan jawaban, Ezriel berlari cepat menuju taman belakang. Sudah pasti untuk mencari keberadaan Lunanya bukan mencari belalang untuk ditangkap apalagi sampai dimasak. Pandangan nya melihat ada beberapa asisten yang sedang berkumpul dibawah pohon mangga tidak tahu sedang apa. Pikiran dia saat ini mungkin para asisten itu sedang panen buah mangga.

Ezriel segera mendekat kearah mereka untuk menanyakan dimana istri bandelnya itu.

"Tuan. Anda sudah pulang?" Sapa salah satu dari mereka. Sepertinya ada yang menyadari kalau dia datang kesana.

Ezriel mengangguk sebagai respon dari mereka, "Istri  saya, dimana?" Tanyanya. Dan tepat setelah menanyakan itu para asisten itu mendadak diam dengan wajah pucat pasi. Ezriel mengernyit heran, kenapa hari ini tingkah para asisten nya terkesan sangat aneh.

"Istri saya, dimana?" Tanya nya lagi dengan nada suara selembut mungkin. Sengaja agar mereka cepat menjawab. Tetapi kenapa mereka seperti ketakutan kepadanya. Padahal dia sadar dia itu tidak sedang memasang tampang wajah menyeramkan sama sekali.

Namun, tetap saja tidak ada yang menjawab. Ketiga asisten itu malah saling melemparkan tatapan.

"Saya tanya dimana istri, saya?"  Geram nya dengan wajah dingin nya. Pada akhirnya dia kesal dan jengkel juga. Kenapa dia mempunyai asisten yang lelet dan bodoh seperti mereka.

Figuran Novel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang