Bab 63

31.9K 4.1K 530
                                    

Aku publish lagi ya guys, yang tadi ada kesalahan teknis.. Hehe

Happy Reading ;)

Luna yang sedang menyiapkan sarapan pagi di kejutkan dengan sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Tetapi itu sudah tidak heran lagi, karena dia juga tahu siapa pemilik tangan itu kalau bukan Ezriel, suaminya. Itu merupakan kebiasaan Ezriel selama ini kalau Luna sedang memasak pasti Ezriel akan memeluk dia dari belakang dan bukannya membantu malah mengganggu.

"Pagi." Sapa Ezriel sambil mengecup pipi istrinya. Tidak lama kemudian pria itu malah membalikan badan Luna supaya menghadapnya. Namun sebelum itu dia tidak lupa untuk mematikan kompornya.

"Pagi." Sapa Ezriel sekali lagi dengan nada yang sedikit jengkel karena Luna tidak menjawab sapaannya. Luna yang melihat itu tersenyum tipis dan mengecup pipi Ezriel sekilas, "Pagi, juga."

"Disini." Ezriel menunjuk bibirnya, "Bukannya disini." Kemudian menunjuk tempat dimana tadi Luna mengecup nya.

Luna memutar bola matanya malas namun sebelum itu dia menatap Ezriel, Ezriel yang paham arti dari tatapan itu dia mengatakan kalau dia sudah menggosok gigi bahkan dia sudah mandi. Setelah itu, Luna melakukan apa yang di inginkan oleh Ezriel. Bukan Ezriel namanya kalau tidak mencari kesempatan, dia segera menahan tengkuk Luna dan melumat bibir atas bawah Luna dengan lembut.

"Pagi yang manis." Ujar Ezriel tersenyum manis setelah melepaskan tautan bibir mereka berdua.

Luna mendengus dan sedikit mendorong tubuh Ezriel, "Sana duduk. Aku mau masak dulu. Kalau mau disini lebih baik bantu aku, bukannya malah gangguin."

"Sayangnya aku lagi males, jadi aku cuman mau semangatin sambil duduk aja." Jawab Ezriel kemudian cengengesan. Luna mendelik sinis untung saja suami.

"Yaudah sana."

Ezriel sedikit berjongkok sehingga badannya sekarang sejajar dengan perut Luna yang sudah semakin membesar. Usia kandungan Luna sekarang sudah 9 bulan tetapi wanita itu tetap ingin dia yang memasak  dan menyiapkan makanan untuknya dan suaminya.

"Dedek bayi sama buna hati-hati masak nya, ya?" Luna tersenyum geli melihat kelakuan Ezriel, padahal dia hanya akan memasak bukan mau berperang dengan para musuh di medan perang.

"Iya, papah. Baby El cama buna bakalan hati-hati, kok." Jawab Luna sambil dengan menirukan suara anak kecil. Kemudian senyum kotak terpatri di wajah Ezriel, dia mengecup perut buncit Luna dan pipinya lagi.

Luna terus berkutat dengan alat dapur, dia hanya membuat sarapan biasa tidak mewah dan tidak ribet hanya ada roti panggang, sandwich, salad buah dan sayur. Sedangkan Ezriel hanya memperhatikan sambil menopang dagu dan sesekali tersenyum tipis. Dia masih tidak menyangka wanita yang berdiri di depannya sekarang itu menjadi istrinya, apalagi istrinya itu sedang mengandung anak hasil dari mereka berdua. Hasil dari dia yang selalu menanam benih di Luna. Dan tidak terasa tinggal menghitung jari saja anak mereka akan terlahir ke dunia dan memanggil mereka berdua dengan panggilan papah dan buna. 

Lamunan Ezriel buyar ketika dia membayangkan sedang mengajari anaknya berjalan karena Luna yang menyimpan piringnya di meja cukup keras. 

"Hari ini aku pengen pergi keluar." Kata Luna mendaratkan bokongnya disebelah Ezriel. 

"Kalau aku minta kamu nggak usah pergi ke luar gimana?" Tanya Ezriel. Dia tidak tahu kenapa mempunyai firasat buruk tentang istrinya itu.

"Kenapa emang?" Tidak seperti biasanya Ezriel mengatakan supaya Luna tidak pergi padahal biasanya fine-fine saja kalau ada yang menemani.

Figuran Novel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang