Mamuri Doen i

236 32 2
                                        

"Tidak boleh, tidak mungkin, aku tidak mau. Aku tidak, hash... Jangan sampai aku telat lagi.." Yeri mengerutuki dirinya yang tengah sibuk menyiapkan dandanannya secara terburu-buru.

Usai memoleskan make up dirinya pun dengan terburu berlari untuk menuangkan air kedalam gelas. "Nenek, minum obat dulu supaya cepat sembuh, ne?" Ucap Yeri saat memasuki kamar neneknya ia mendudukkan dirinya disebelah sang nenek.

Seolah-olah neneknya itu sudah tak sanggup bicara lagi bahkan untuk mengadukan kejadian semalam siang saja neneknya sudah terasa kaku seperti di guna-guna dan tak mampu lagi untuk membuka suara dan berkata-kata.

"Nenek kenapa? Kalau ada yang sakit bilang ke Yeri.." Kata Yeri berusaha meyakinkan neneknya yang tampak linglung dan tidak baik-baik saja.

Yeri yang sudah menuangkan obat di sendok dan memajukannya untuk disulangkan ke mulut sang nenek namun tiba-tiba saja tangan Yeri yang gemetar memegang sendok berisi obat itu ditepis kencang oleh sang nenek yang membuat seluruh obatnya tumpah dan berserakan.

"Astaga, nenek? Nenek kenapa? Nenek tidak mau minum obatnya?" Tanya Yeri bertubi-tubi dibarengi dengan nada khawatir kala terkejut menyadari lakon sang nenek yang sedikit aneh pagi ini.

Neneknya malah terbatuk-batuk yang membuat Yeri menyerahkan air di gelas untuk diminumkan pada neneknya.

Jujur Yeri khawatir sejak dari pagi buta tadi ia belum melihat neneknya itu membuka suara.

Dari menyulangi sarapan, menggantikan pakaian hingga menyisir rambut sang nenek yang juga sampai kini masih enggan dan tak kunjung membuka suara.

Saat ditanya pun neneknya hanya mampu mengatakan "ne." Lalu menggelengkan ataupun memanggut-manggut kepalanya, apakah neneknya ini menjadi bisu atau apa, kenapa rasanya sulit sekali untuk berbicara.

"Nenek, coba katakan A," instruksi Yeri saat menyadari neneknya yang masih belum mau membuka mulutnya.

Wanita tua di depannya pun hanya mampu menggelengkan kepalanya yang membuat Yeri semakin khawatir sebelum dering ponsel Yeri menginterupsi.

"Yeoboseyo?"

Terdengar samar suara orang dibalik teleponnya, "Perusahaan kami menerima paket kiriman untuk Anda"

"Ah, ne. Aku akan segera kesana"

Yeri memutuskan panggilannya sepihak sebelum kembali menatap sang nenek yang hanya diam dan menatap lekat dirinya.

"Nenek ada apa? Coba katakan padaku," Yeri berusaha membujuk sang nenek yang tampaknya sangat berbeda.

"O-bat," kata nenek itu yang tiba-tiba membuka suara dengan suara seraknya yang membuat Yeri bernafas lega dan tersenyum hangat pada sang nenek.

"Mau minum obatnya?" Tanya Yeri dan neneknya kembali diam, 'ah syukurlah ternyata nenek masih bisa bicara' batin Yeri melega dan mengesampingkan pikiran buruknya.

Tampak dari manik neneknya berusaha mengatakan tidak namun Yeri justru malah menyulangi neneknya dengan obatnya dan neneknya dengan linglung menelannya begitu saja tanpa ditemani air putih.

"Baiklah, kalau begitu nenek tunggu Hana dirumah, ne? Aku akan pergi sebentar, nenek kalau mau makan sudah Yeri siapkan dan juga minumnya ada di meja. Kalau begitu Yeri pamit ya nek,"

Yeri pun bergegas meninggalkan sang nenek untuk segera pergi bekerja terutama mengingat Jungkook yang terakhir kali masih terbaring koma di ruang ICU.

Sebenarnya ada rasa cemas dan khawatir ketika Yeri harus meninggalkan neneknya sendirian di rumah bahkan saat neneknya sehat pun Yeri tetap khawatir.

PREDESTINATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang