"Jimin?!"
Pandangan mata Hana mengabur. Ada rasa perih yang menusuk dadanya. Seperti kembali ke ruang waktu dimana dirinya dan Jimin pernah membuat kesepakatan bersama untuk tidak cemburu terhadap sesama.
Tetapi ini berbeda. Gadis masa lalu pria itu datang secara cuma-cuma, berdua bersamanya terutama pada perhatian pria itu dengan gadis yang di seberang sana.
"Ne. Hati-hati."
"Gomawo Jimin-ah."
Park Jimin dan Gadis Kang tengah bercengkrama saat itu ia mengantarkan gadis itu pulang menaiki taksi sebab mengingat panggilan telepon pamannya beberapa menit yang lalu dan mengabarkan untuk menyuruh gadis itu segera pulang ke Busan saat itu juga.
Usai berpamitan pada teman-temannya tak ayal Jimin sebagai mantan kekasih pun turun tangan mengantarkan Seulgi menungguni taksi yang mana di Gangnam ujung biasanya hanya dilewati oleh bus dengan arah tujuan yang satu dan harus keluar menggunakan taksi.
Meskipun tidak ada lagi hubungan lebih diantara mereka mengingat kisah mereka dulu juga sebab kesalahan tidak mengindahkan untuk saling bertengkar malah mereka berdua menetapkan berteman saat pulang dari makam nenek Yeri.
Namun di saat yang bersamaan seorang yeoja dengan memakai rompi kemeja sekolahnya memandang dari kejauhan dengan tatapan hampa dan kosong membuat Park Jimin mundur dari taksi yang dinaiki Seulgi sebelum melaju meninggalkan pijakannya.
Cemburu dan prasangka buruk mulai memenuhi isi kepala Hana, baiknya bukan tak mau mendengarkan penjelasan namun ini sudah jelas di depan mata.
"Brengsek!"
Gadis itu melemparkan ponselnya ke aspal, tentu saja ponsel itu adalah pemberian Jimin sewaktu mereka makan berdua merayakan anniversary hubungan mereka.
Pandangan mereka bertemu, bola mata Jimin nampak membulat dan kalut saat tahu siapa itu gadis diseberang sana.
"Hana!!" Teriak dari pria di seberangnya yang tampaknya ingin mengejar langkah lebar Hana yang semakin berlari sementara kendaraan terus saja berlalu lalang menghambat Jimin untuk mengejar gadisnya.
Seketika Yeri keluar dari dalam restoran dengan menenteng bag minuman di tangannya. Mendengar keributan pun gadis itu langsung terperanjat kaget saat melihat Hana mencampakkan ponselnya di tengah jalan raya setelahnya pergi begitu saja dan dikejar oleh Jimin.
Pasti ada masalah diantara mereka berdua, batin Yeri. Segeralah Yeri mengutip bangkai ponsel Hana yang sudah remuk terlindas kendaraan yang berlalu-lalang disana.
Hana berhenti saat pria itu berhasil menyeberang ke dekat halte pun Yeri ikut berperan sebagai penonton disana.
"Kau kenapa?!" Tanya Jimin khawatir ada nada marah disana mengingat kekasihnya ini pasti sudah salah tangkap.
"Kau yang kenapa!! Aku yang seharusnya bertanya padamu! Dasar pria brengsek!" Teriak Hana frustasi di depan Jimin membuat pria itu tak henti-hentinya berusaha menjelaskan.
"Tolong, dengarkan aku dulu ini cuma-"
"Apa?! Apa! Aku sudah muak dengan semua ini! Mulai sekarang kita putus saja!" Begitu mengatakannya Hana langsung melenggang pergi kearah halte yang tadi mengingat ada satu bus yang kebetulan mengangkut dan Hana langsung ikut menaikinya. Meninggalkan prianya yang masih terpaku di tempatnya dan berhasil menangkap Yeri yang berdiri dari jauh tempat mereka berdua berdiri dan bertengkar seraya menyaksikan.
Senyum remeh tertengger di wajah muram pria itu.
"A-apa?" Kata berpisah yang baru saja dilontarkan oleh gadisnya membuat Jimin terpaku ditempatnya berdiri. Aliran darahnya melemah ada secuil air mata di pinggiran kelopak mata bertemu pandang kearah Yeri yang juga memaku ditempatnya berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
FanfictionSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...