"Saranghae."
Yeri membulatkan matanya saat tak sengaja telah menyenggol lengan pria itu. Astaga dia terbangun dan tunggu-barusan ia mengatakan apa? Ah tidak-dia hanya sedang mengigau Yer, gwenchana ini tidak apa-apa.
Dengan sangat hati-hati Yeri membenahi bantalan pria itu dengan saksama. Sesekali terperanjat kagum saat melihat jauh lebih dekat siluet wajah sang pria dihadapannya itu. Memang sangat tampan.
"Ia sedang memimpikan apa ya."
Yeri bergumam lirih disana, sepertinya ini sesuai dengan kasus yang pernah diceritakan Dr.Ji-tentang kekasihnya itu, ah maksudnya tunangan lebih tepatnya. Apakah orang yang terserang skizofrenia akan terus memimpikan angannya yang mustahil untuk terjadi. Ah kurasa memang begitu.
***
"Bagaimana kau suka?" Jimin tersenyum bak malaikat di depan gadis pujaannya itu.
"Suka-! Suka sekali," Hana menyunggingkan senyumnya bahagia sembari memegangi kotak persegi panjang yang masih terbungkus rapih oleh plastik bening.
"Aigo, Jim kau benar-benar akan memberikannya untuk ku?" Tanyanya ragu tak henti-hentinya senyum terus mengembang di wajahnya.
Jimin menyedot cappucino nya, "Tentu my sweetie, for you anything i do,"
Lengkungan bahagia itu tak dapat dihentikan begitu saja oleh sang empu, ingin memeluk namun jarak mereka terpisahkan oleh meja diantara mereka.
"Aku jadi ingin memeluk mu," sebut Hana manja namun seketika datang seorang pelayan yang membawakan makanan pesanan mereka.
"Ah, makanannya datang." Hana menarik tubuhnya membiarkan para pelayan meletakkan pesanan mereka diatas meja, begitu juga dengan Jimin.
"Bagaimana, kita mulai dari yang mana?" Kata Jimin bertanya pada kekasihnya usai melirik banyak makanan yang mereka pesan hari ini.
"Bagaimana dengan Soju disusul pizza, rasanya akan menjadi pecah Jim!" Usul Hana kesenangan-sementara Jimin terbahak-bahak ditempatnya mendengarkan sang kekasih yang memiliki gelagat berkharisma itu.
"Ne, mari kita coba," kata Jimin mengikuti Hana yang menuangkan Soju di gelas nya.
"Cheers.. selamat makan.."
***
Sudah hampir dua jam Yeri termenung di dalam ruangan ini, ponselnya lowbat-naas Yeri tidak membawa charger atupun power pack. Astaga ini membosankan sekali.
Yeri pikir lebih baik ia pergi membersihkan belasan kamar bekas ruangan operasi ketimbang menungguni seorang pasien yang tertidur pulas tanpa tahu kapan ia akan terbangun, astaga disini tidak ada TV meskipun ini termasuk ruangan kelas satu tapi demi apa, apakah pria ini dapat se-kasar itu hanya untuk menghancurkan sebuah TV. Dasar, rumah sakit pasti hanya mau mengambil untungnya saja.
Dan benar beberapa saat setelah memikirkan semua itu, pria itu mulai menggeliatkan tubuhnya, sepertinya ia sudah terbangun dari lelapnya. Hei, ini sudah pukul sebelas pagi-ah maksudku apakah pukul sebelas masih dikategorikan sebagai pagi?
Yeri kalut, oh astaga apa ini mengapa tatapannya sangat sadis sekali. Seperti seekor serigala yang tengah mendapatkan mangsanya.
"Kau siapa?" Tanyanya dingin pada Yeri. Masih dengan sorot mata yang sama. Yeri rasa pria ini persis seperti kelinci bermata serigala atau terbalik?
Yeri tersenyum kikuk, kadangkala kakinya justru semakin mundur dan menjauh dari ranjang sang pemilik, takut dan gugup itulah definisi utama Yeri saat melihat pria itu benar-benar sadar.
"A-aku suster mu, aku yang akan merawat mu tiga bulan kedepan sampai kau benar-benar pulih." Dalam satu tarikan nafas Yeri berbicara disana, rasanya seperti presentasi di depan orang banyak. Padahal hanya ada mereka berdua di dalam ruangan ini.
Jungkook tampak memaku disana, menatap intens wajah Yeri yang gelagapan tak menentu. Sepertinya pria itu mulai menerka-nerka tentang apa yang ada pada diri Yeri.
"Ah, kau pasti kelaparan-seharusnya kau sarapan jam sembilan tadi, tapi kau masih terlelap." Yeri gelagapan-oh astaga Yeri, kau lulus dengan nilai bahasa terbaik, tapi mengapa berbicara saja kau tampak gugup dan tidak sempurna seperti ini.
Jungkook bergeming diatas kasurnya, seketika-tiba-tiba saja tangan dan kakinya berusaha dihentakkan dengan sangat kencang sehingga menimbulkan decitan dari ranjang besi itu. Yeri yang kelabakan sekaligus takut hanya mampu menyudutkan dirinya sembari meremas-remas tangannya yang memasang doa.
Jungkook semakin gila, terus bergerak disana-bernafas memburu dengan urat-uratnya yang mulai terlihat dari balik kulit putihnya itu, matanya yang merah dan menatap tajam kearah Yeri, persis semua ini tak sesuai dengan apa yang Yeri simpulkan tadi.
"AAARGHH!"
Jungkook menjerit buas ditempatnya. Astaga ini benar-benar seperti serigala sungguhan, yang benar saja Yeri mampu menjaganya selama tiga bulan kedepan. Menjaga seorang serigala yang menyamar sebagai kelinci.
Yeri yang lemah dan tak berdaya pun hanyalah bisa memandangi nya dari kejauhan-oh tidak kunci pintu ia letakkan diatas nakas tepat disebelah pria itu mengamuk, ponselnya mati dan fasilitas kelas satu ini memiliki telepon dinding untuk memanggil suster tapi sayangnya berada di dekat pria itu juga-Yeri mana berani untuk kesana.
"AAAARGH!"
Jerit pria itu lagi, sumpah! Yeri akhirnya runtuh dengan pertahanannya. Air mata mengalir dari pelupuk matanya sangat deras sembari tangannya yang membuat gestur memohon pada pria itu supaya untuk tidak menjerit disana. Astaga Yeri, kau susternya seharusnya kau yang mengendalikan pasienmu.
Seketika tiba-tiba saja ruangan menjadi bisu. Kembali hening menyelimuti setelah ruangan kedap suara itu dipenuhi oleh tangisan dan jeritan secara bersamaan barusan saja. Dan Yeri yang masih sesenggukan tak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini, tadi seperti gempa bumi yang membuat dirinya hampir gila dan lihatlah sekarang, hening seperti tidak ada kejadian.
Pria itu yang tengah merebahkan tubuhnya diatas ranjang diam-diam ikut menangis sesenggukan setelah melihat Yeri menangis disana. Yeri yang bingung pun segera menghentikan isakan nya dan mulai memperhatikan gerak-gerik pria itu.
Ternyata pria itu tidak bisa melihat seseorang menangis didepannya, apakah ini bersangkutan dengan masa lalu nya yang sedang tidak baik-baik saja itu. Apakah semua ini menyinggung mimpi buruknya yang masih tersimpan di dalam memori nya? Entahlah, Yeri juga tidak mengerti-gadis ini masih terus melihat kelincinya yang menangis seperti anak kecil, itu kelincinya setelah transformasi dari serigala.
Okay, akhirnya Yeri memberanikan dirinya untuk bangun dan berjalan mendekati sang pria. Pria itu yang ingin menghapus air matanya yang mengalir deras-tanpa bisa diusap oleh kedua tangannya sebab terikat kencang disana.
Yeri mempelajari sesuatu,
bahwa yang dinilai buruk dan yang terlihat menyeramkan itu belum tentu dalamnya juga sama, pada dasarnya mereka dapat bersedih dan menangis juga. Mereka yang memiliki mental baja juga dapat luluh disaat sedu. Mereka juga punya perasaan gundah, jadi jangan sembarangan untuk menilai seseorang hanya dari balik sampulnya saja."Luluh lah bersamaku Jeon,"
***
Dimohon vote nya😌.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
FanfictionSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...