Pukul enam pagi Yeri terbangun dari tidurnya dengan badan yang terasa ngilu dan pegal. Tidur diatas sofa memang bukan pilihan yang tepat tapi demi menjaga sang nenek yang terkapar diatas ranjang rumah sakit ini, Yeri sebagai tulang punggung keluarga pun harus turun tangan juga.Sementara adiknya, Hana—sibuk dengan ponselnya diujung sana. Mengarah tepat di depan jendela yang memperlihatkan bagaimana sibuknya Seoul pagi bergerak dibawah gedung tinggi rumah sakit ini.
"Sebentar lagi suster datang memeriksa nenek, kau tidak berangkat bekerja eoh?"
Hana bertanya pada Yeri yang masih melipat selimut ditangan nya. Sedangkan Hana terus fokus pada layar ponselnya itu.
Yeri bergeming ditempatnya. Memperhatikan kondisi nenek yang masih belum sadarkan diri juga.
"Hana, bisa tolong kau rapihkan nakas itu, suster disini akan marah jika melihat itu." Yeri memperingati sang adik yang membuang bungkus snack sembarangan disana. Hana menutup telinganya dengan headset.
Yeri memicingkan matanya pada sang adik, beralih membereskan hal-hal konyol itu yang dibuat oleh adiknya tadi malam.
"Kau pulanglah, sekolah. Aku akan cari sarapan pagi lalu berangkat bekerja. Kau kan hari ini pulang cepat."
Tutur Yeri yang mulai memakai jaket kulit nya guna menghangatkan suhu diluar sebelum ia bergegas pergi.
Mendengar penuturan dari kakaknya, Hana hanya menatapnya dengan tatapan datar dan selanjutnya mengangkat dering ponselnya—tertengger senyuman di wajah Hana sembari menyelipkan nama sang kekasih, ternyata telepon dari kekasihnya.
"Hei—pabo! Kau masih kecil asik pacaran saja Hana-ya!" Yeri membentak Hana yang berlari keluar dari dalam kamar. Aigo anak itu nakal sekali.
***
"Itaewon, aku segera mengunjunginya"
Lee Jieun baru saja menerima panggilan dari rumah sakit yang berada di Itaewon, hari ini jam nya cukup sibuk—khususnya untuk jadwal pembedahan saraf yang harus ia tangani hari ini juga.
Dr.Ji mempersiapkan jas putihnya dan beberapa amplop coklat yang berada digenggaman nya.
Tok.. tok..
"Masuk." Spontan Jieun mengucapkan kata itu setelah mendengarkan ketukan dari pintu ruangannya.
Seorang suster yang membawa beberapa data ditangannya.
"Tapi Dr.Ji, suster Yeri belum datang juga—bagaimana bisa suster lain di cancel dari kamarnya."
Mendengarkan penuturan dari seorang suster yang baru saja hadir memasuki ruangan miliknya itu, Jieun memejamkan matanya. Sedikit menarik nafasnya jengah kembali menatap suster itu.
"Ada apa dengan Yeri? Kamar milik Jungkook tidak boleh dimasuki suster lain, atau dia akan mengamuk."
Jieun semakin emosi ketika mendengar kabar tadi, kalut sampai-sampai dirinya sendiri membentak seorang perawat yang berada dihadapannya itu.
"Panggilkan Jihyo, katakan aku ada perlu dengannya." Ucap Jieun yang menarik ponselnya dari dalam saku. Sementara sang suster mengangguk patuh sebelum pergi dari ruangan itu.
Astaga kemana anak itu, apa dia takut. Jieun bergumam lirih sembari menempelkan benda canggih itu ditelinga nya.
Sementara tampak Park Jihyo yang berlarian disekitar cafetaria rumah sakit apalagi kalau bukan untuk mencari keberadaan Yeri.
"Aigo, anak ini! Pasti Dr.Ji sangat marah padanya."
Jihyo mengeluh sendirian saat mencari keberadaan temannya itu. Kalut sampai-sampai menabrak seseorang yang sedang berjalan disana.
"Ah Mianhe, aku s—
Jihyo bungkam saat melihat siapa yang kini tak sengaja di tubruknya itu, siapa lagi kalau bukan Dr.Ji.
"Aku mencari kau kemana pun Jih!" ucap Jieun memarahi Jihyo yang nafasnya kalut dan memburu.
"Kau dan Yeri terus bermain-main saja." sepertinya Dr.Ji sudah sangat marah pada mereka berdua yang tidak bisa penuh memegang peranannya.
"B-bukan begitu Dr.Ji, tapi Yeri memang tidak terlihat keberadaannya dirumah sakit ini dok,"
Jihyo gelagapan, apa yang dikeluarkan dari mulutnya itu benar adanya—karena sejauh ini Jihyo sama sekali tidak melihat keberadaan Yeri yang biasanya selalu menemuinya saat jam istirahat.
"Jadi bagaimana dengan tugas Yeri, aku sudah menandatangani surat itu pada orang tua Jungkook—!"
Jieun marah besar disana, tepat dihadapan Jihyo yang di pandangi oleh banyak orang yang berjalan melewati mereka.
"Mianhae dok," Jihyo menunduk takut di depan Jieun. Dirinya pucat gemetaran karena habis dimarahi oleh Dr.Ji.
Jieun tampak menggelengkan kepalanya kesal sesekali memejamkan matanya dan satu tangannya yang memegangi keningnya.
"Hei, Jihyo-ssi, aku tidak punya banyak waktu untuk ini. Lihat bahkan dia tidak mengangkat telepon dariku."
Lee Jieun memelankan intonasinya. Menatap Jihyo, menaikkan dagunya dan memegangi kedua pundaknya.
"Jih dengar aku, cari Yeri sebelum pukul sembilan. Karena jadwalku sangat penuh dan aku tidak memiliki kesempatan besar, aku mempercayakan kau untuk mencari Yeri sesegera mungkin."
Jieun berucap disana sementara Jihyo mulai mengangguk patuh dan Dr.Ji menjauhkan dirinya dari tempatnya.
"Aku berangkat, kuharap Yeri segera ditemukan—gantikan posisi Yeri saat ia tidak ketemu juga—pria itu Jeon Jungkook." Jieun menjerit disana, dokter itu sudah berlari meninggalkan Jihyo yang memaku tak percaya ditempatnya.
"Ne," ucap Jihyo lemas mendengarkan penuturan Dr.Ji barusan yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"Aish, Yeri-ya kau dimana."
***
Di dalam ruangan yang hening ini— hanya tersisa dirinya dan sang nenek yang ditemani dengan bunyi alat pendeteksi detak jantung yang terus berbunyi—menimbulkan sensasi horor dan menegangkan.
Selesai merapihkan ruangan, seorang suster hadir untuk memeriksa sang nenek disana dan Yeri dipersilahkan untuk keluar dari dalam ruangan.
Yeri yang memegangi selimut cokelat itu keluar dari dalam kamar rawat sang nenek melangkah dan bertubrukan dengan adiknya.
"Hana! Jangan berisik, ada suster di dalam." Marah Yeri melihat Hana yang kalut disana.
"Ini bodoh! Telepon dari teman mu Jihyo dan Dr.Ji." ucap Hana malas menyerahkan ponselnya pada Yeri dan berlalu meninggalkan kakaknya begitu saja.
"Astaga benar-benar Dr.Ji! Ya Tuhan, hari ini tugasku menjaga kamar rawat itu." Yeri mati kutu ditempatnya, kembali mengotak-atik ponselnya mencoba untuk menghubungi Jihyo.
"Astaga banyak sekali mereka menelepon ku. Mati aku."
***
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
Fiksi PenggemarSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...