Haneuri Paraeseo.

486 68 0
                                    

Lee Jieun sedang menyusun beberapa data yang terdapat diatas meja kerjanya. Sesekali menurunkan kacamatanya saat merasa ada yang tak fokus dengan pemantauannya itu.

Tok.. tok..

"Masuk," Jieun tetap pada tempatnya, tak menoleh sedikitpun membiarkan orang yang mengetuk pintunya itu masuk kedalam ruangan kerjanya.

"Nak Ji," sapa wanita paruh baya, siapa lagi kalau bukan Nyonya Jeon.

"Ny.Jeon? Ah selamat datang.."
Sapa Lee Jieun mempersilahkan perempuan itu untuk masuk dan duduk di kursi yang telah disediakan.

"Tn.Jeon tidak ikut?" Tanya Lee heran, biasanya mereka selalu menjenguk anaknya bersama-sama.

Ny.Jeon tersenyum ramah pada Jieun.

"Suamiku bertugas di Jepang, mungkin tiga bulan kedepan baru berakhir." Katanya dan Jieun langsung mengangguk mengerti.

Lee Jieun segera menanyakan ada apa atas gerangan yang datang menemuinya secara tiba-tiba, kendati Jieun tahu kalau wanita ini akan menjenguk anaknya, namun sepertinya ini mendadak sekali, jauh lebih cepat dari hari biasanya.

"Begini nak, aku ingin suster itu benar-benar mampu membuat putraku melupakan kekasihnya, berapa pun akan ku berikan—asalkan yang terpenting kesembuhan Jungkook." Ny.Jeon memohon pada Jieun dengan tatapan memelas. Lee Jieun hanya mampu mengangguk pasrah dan tersenyum tipis padanya.

"Jangan khawatir Nyonya, Kim Yeri—sepupu ku, pasti mampu menyelesaikan peranannya."

***

Langit berwarna biru cerah dengan salju yang turun bersamaan. Meskipun musim dingin-tak menggentarkan awan untuk menjadi cerah dan berwarna biru.

Yeri dan Jihyo sedang menikmati jam istirahat nya. Di cafetaria rumah sakit lebih tepatnya, memesan kentang goreng dan minuman jus. Beserta sedikit bumbu-bumbu obrolan random yang mereka berdua perbincangkan.

Yeri menceritakan banyak hal tentang kejadian yang terjadi di dalam kamar rawat Jungkook yang Yeri jaga semalam. Mulai dari awal sampai akhir seluruhnya ia ceritakan pada temannya itu.

"Ah, jinjja-eoh?? Astaga kalau aku jadi kau, aku sudah mati duluan Yer."

Jihyo memanas-manasi Yeri yang sedang menikmati kentang gorengnya. Yeri mengedikkan bahunya damai tanpa memperdulikan Jihyo yang selalu tampil berlebihan itu.

"Aish, yang benar saja—ku pikir dia tidak se-sinting itu." Jihyo masih menampilkan gestur serius nya padahal bagi Yeri itu hal yang wajar, temannya yang satu ini, astaga.

"Sudahlah, dia tidak jahat kok—terlihat seperti pria-pria pada umumnya. Namun sedikit lebih dingin." Ucap Yeri frontal dan Jihyo langsung bertepuk tangan, kegirangan. Jangan tanyakan kalau justru Jihyo yang mempunyai masalah kewarasan, astaga.

"Astaga Yer, ini kesempatan besar untuk merebut hati pria itu, pria tampan yang hatinya sudah ditinggal mati oleh tunangannya." Kata Jihyo penuh semangat, sementara Yeri bergeming disana.

"Ah Yer saatnya aku menagih, kau masih berhutang cerita padaku kemarin."

Jihyo berbicara disana, seolah menagih janjinya dengan menaikkan kedua alisnya bersamaan.

"Apa? Apalagi hutang ku Jih," Yeri menyipitkan matanya sembari menatap temannya bingung.

"Itu, Dr.Suho." sebut Jihyo membuat gestur bak Joker di wajahnya.

"Ish, jelek." Ucap Yeri meledek Jihyo yang terkadang terlihat menyebalkan-ah bahkan selalu terlihat menyebalkan, maaf Jihyo.

"Ah, itu. Tidak ada-tapi kau harus berjanji dulu kalau ini hanya rahasia kita berdua, jangan membocorkannya kepada siapapun, apalagi orang kerja di rumah sakit." Ancam Yeri membawa jemari kelingkingnya bertautan dengan kelingking mini Jihyo.

"Kau pikir aku anak TK apa? Ya tidak mungkinlah aku membocorkannya secara sembarangan Yer." Jihyo menautkan kelingkingnya keras-keras sampai Yeri memekik kesakitan.

"Jadi begini," Yeri memberi jeda diantara ucapannya, sengaja untuk membuat Jihyo lebih penasaran lagi, terlebih Yeri yang menelan ludahnya sendiri yang terasa seperti menyangkut di tenggorokannya.

"Dr.Suho itu suaminya Dr.Jieun." ucap Yeri to the point dengan sedikit memelankan intonasinya sebab ada banyak orang yang berlalu lalang disekitar mereka.

Jihyo membulatkan matanya terkejut. Reaksinya sangat berlebihan sekali tidak ada berkelasnya sedikitpun, astaga Jihyo untungnya Yeri sudah menebaknya, temannya ini pasti akan memiliki reaksi yang berlebihan dan dilebih-lebihkan.

"Jinjja?? Aigo, kenapa.." Jihyo mendesah kecewa setelah mendengarkan fakta yang disebutkan Yeri barusan.

Yeri mengernyitkan dahinya,

"Memangnya kenapa? Kau ini sebenarnya kenapa? Hm?" Yeri menatap Jihyo malas, astaga anak ini berlebihan sekali.

"Aku pikir dia belum menikah," melengkungkan bibirnya kebawah memasang raut menyedihkan tepat di hadapan Yeri.

Yeri menarik nafasnya jengah, yah temannya ini memang sedikit genit dan centil saat membahas para namja tampan. Apalagi saat membahas dokter itu, astaga Yeri ingin kabur saja dari hadapan temannya ini.

"Dan, Dr.Ji itu anak dari paman ku." ucap Yeri menjelaskan, tentu sangat benar sekali, rahasia ini belum pernah ia bongkar kepada siapapun terutama untuk orang-orang di rumah sakit ini, tak ayal hanya Jihyo—adalah orang pertama yang mengetahui semua tentang hal itu.

Jihyo membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Ya, Jihyo akan lebih terlihat konyol saat mengetahui tentang rahasia orang, dasar.

***

Usai santap makan siang di restoran cepat saji, Hana dan Jimin mengunjungi rumah sakit tempat dimana neneknya yang dirawat. Sebelumnya Hana sudah bercerita kepada Jimin tentang kondisi neneknya dan penyakit yang diderita oleh sang nenek, terlebih kebutuhan administrasi dan biaya perawatan neneknya, mereka berdua pun hanya bisa meminjam uang dari dana rumah sakit tempat kakaknya bekerja.

Mendengar itu Jimin tampak prihatin. Pria berkulit putih bak Mannequin ini rela memberikan separuh gajinya untuk membiayai nenek Hana yang terkapar di rumah sakit ini.

"Tapi, ini terlalu banyak Jim," Hana menoleh kearah Jimin, bertanya sekaligus merasa malu sebab pacarnya sendiri yang rela demi keselamatan sang nenek.

"Tidak masalah sayang. Aku rela memberikannya untuk keluarga mu. Lagi pula itu tidak terlalu berdampak pada potongan gaji ku yang tak seberapa itu." Jimin mengacak-acak rambut Hana menjadi berantakan. Melihat itu Hana jadi cemberut dan mulai mengejar Jimin yang berlari dari tempatnya usai memberantakan rambut sang empu.

"Hei!! Kemari lah mochi kadaluwarsa!!"

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

PREDESTINATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang