Kim Yeri berjalan keluar dari halaman rumah sakit. Hari pun semakin menggelap dan gadis ini masih terus berjalan melangkahkan kakinya untuk mencari-cari keberadaan taksi di sekitar.
Yeri berjalan dengan lamunannya. Mendengar cerita dari Nyonya Jeon tadi membuatnya terkesima akan seluruh penuturan dari Nyonya dua anak itu. Betapa besarnya rasa kehilangan yang menakuti wanita itu.
Ceritanya sangat mengagumkan. Yeri tidak pernah menemui kisah yang seperti ini sebelumnya. Sama seperti kisahnya yang sama-sama pelik.
Hadir di dalam sebuah panti asuhan, sendiri tanpa orang tua dibuang semerta-merta sebab panti itu ditutup oleh sang pemilik. Dan dirinya pun kembali menjalani hidup yang terbengkalai disaat masih menginjak usia remaja.
Namun tak sampai disitu, ia dengan mudahnya dipertemukan oleh gadis yang sama. Bedanya gadis itu jauh lebih baik kondisinya, memiliki persediaan uang dan makanan. Rambutnya bagus, pakaiannya utuh, seperti seorang artis yang baru keluar dari salon.
Hanya saja mereka tetaplah tunawisma. Tanpa rumah, kedua gadis gelandangan itu hidup di stasiun kereta, berat hati melangkahkan kaki, mencari-cari rumah kontrakan yang biayanya murah untuk disinggah.
Namun semuanya sungguh istimewa, pada akhirnya mereka dipertemukan dengan seorang nenek tua renta yang tengah mengelap kaca jendela rumah.
Hidup dan tinggal bersama sang nenek karna nenek itu butuh seseorang untuk merawatnya, menjaganya untuk di hari tua. Dan mereka juga butuh hal yang sama yakni tempat tinggal yang disebut rumah.
Ternyata Tuhan sudah menyusun takdir lain untuk dua gadis yang malang ini. Dan sekarang justru di hadapkan dengan hari-hari yang penuh kekacauan dunia.
"Aw!" Yeri terpekik. Tersadar dari lamunannya yang mendalam. Melihat kearah bawah. Ia baru saja terbentur palang trotoar jalan secara tak sadar.
Yeri menunduk mengusap tulang keringnya yang sedikit nyeri.
Disaat dirinya tengah sibuk dengan pergerakannya, sebuah mobil sedan melaju dan berhenti tepat di depan Kim Yeri berdiri membungkuk.
Sorot lampu dari mobil itu membuat Yeri merasa silau dan tak nyaman.
"Noona! Kau kenapa? Butuh bantuan?" Jerit seorang pria yang kepalanya menyundul dari dalam kaca mobil. Sepertinya suara itu tak asing di telinga Yeri.
Yeri terkesiap saat dirinya dipanggil dengan sebutan Noona disana. Yeri sepertinya tahu siapa itu.
"Park Jimin?!" Pekiknya nyaring. Jelas terdengar sebab hari semakin bertambah gelap dan sunyi.
"Ne.. Kau butuh pertolongan Noona?" Teriaknya lagi. Entah dengan tekad apa Yeri segera berlari menghampiri mobil Jimin dengan tergesa-gesa.
"Jimin-ssi. Tolong jangan ganggu Hana lagi!" Ucap Yeri tepat di depan wajah tampan Jimin. Gadis itu masih mengatur nafasnya yang langsung disulut emosi.
"Yak! Aku berhenti karna melihat mu sendirian disini Noona." Katanya tak kalah nyaring. Yeri habis dengan kata-katanya. Sesaat ia butuh akan kendaraan di tengah jalan yang sepi ini, namun dia juga gengsi dan berusaha untuk menolak tawaran Jimin yang selalu memberikan identitas buruk dimatanya.
"Aku tidak perlu." Kata Yeri dingin. Pandangannya menghindar dari manik Jimin.
"Ayolah, jangan bohong Noona. Tadi aku baru saja mengantarkan Hana ke rumah sakit. Nenek kalian belum siuman kan, dia mengigaukan namamu Noona." Ucap Jimin panjang lebar dan Yeri spontan percaya disana.
"Aku bisa mencari taksi sendiri. A-aku hanya ingin mengatakan jangan ganggu kami lagi Jimin-ssi." Lagi-lagi dengan nada yang dingin dan sungkan. Yeri memang tidak suka dengan Jimin, bahkan sejak lama. Sejak awal pertemuan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
Fiksi PenggemarSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...