Fall

919 115 0
                                    

Seoul Korea 20:15 kst.

Kim Yeri menghela nafasnya jengah setelah berhasil menyelesaikan tugasnya untuk membereskan salah satu ruangan bekas berlangsungnya operasi yang baru saja berakhir lima belas menit yang lalu.

"Huft..! Kupikir ini yang ke-sepuluh kalinya aku memegangi darah kotor orang-orang hari ini." ucap Yeri dengan helaian nafasnya.

"HEI!" Kejut Jihyo menjahili Yeri,

KREMPRIANGG..

Tak sengaja Kim Yeri membanting peralatan alumunium operasi yang baru saja dicucinya, dan itu berhasil menimbulkan bunyi dentingan keras yang terdengar sampai ke lorong rumah sakit.

untung saja tidak ada dokter yang melewati lorong ini, kalau saja ada pasti Yeri sudah diundurkan dari pekerjaannya.

"MWO!" Yeri berteriak terkejut setelah temannya itu berhasil mengejutkannya.

Jihyo menyengir seperti tidak bersalah.

"Astaga Jihyo kau mengejutkanku saja!" pekik Yeri memunguti alumuniumnya yang berserakan di lantai.

Jihyo tetap dengan cengiran nya.

Yeri tidak meladeni ucapan sahabat nya itu, dan kembali membawa alumunium itu ketempat yang semestinya.

"Yer, tadi kudengar dirumah sakit sebelah ada pasien seorang pria tampan!" seru Jihyo membuka obrolan mereka, Jihyo tengah duduk disebelah wastafel Yeri, menungguni Yeri membereskan benda-benda di ruangan rumah sakit itu.

"Terus apa hubungannya dengan ku, percuma saja Jihyo-ya, ia tampan tetapi tidak waras, yang benar saja." sarkas Kim Yeri lantang, entah mengapa Yeri jadi benci kalau membahas tentang seorang namja.

"Astaga Yer, kau pikir ini rumit? Bisa saja kan kita berganti sip dan bekerja menjadi suster sementara disana dan pastinya dapat merawatnya" ucap Jihyo tidak mau kalah dengan sahabatnya itu.

"Huft.. terserah kau saja Jih-ya" ucap Yeri pasrah keluar dari ruangan itu yang dibuntuti oleh Jihyo dibelakangnya.

***

Yeri dan Jihyo berjalan seiringan melewati beberapa lorong rumah sakit, sesekali melirik ke arah samping mereka memastikan pintu kamar rawat yang kadang sedikit terbuka.

Tiba-tiba,

Bugh..

Tak sengaja Yeri menubruk seorang dokter dari arah yang berlawanan dan menjatuhkan beberapa amplop yang tengah dipegang oleh dokter tampan itu.

"Oh astaga mati kau Yeri, mati! "
Yeri bergumam ketakutan.

"Ma-maaf dokter, saya tidak sengaja, sungguh," Yeri membungkuk mengambili kertas amplop milik sang dokter yang terjatuh karenanya. Sedangkan Jihyo tidak berani bertatapan langsung, ia hanya menundukkan kepalanya menyadari atas kecerobohan temannya itu.

Kim Suho, dokter sekaligus kepala rumah sakit itu. Pria yang berperawakan tegap nan tampan itu sungguh baik sekali dokter itu juga ikut menunduk dan melihat wajah Yeri yang memerah kelabakan.

"Ah Suho Oppa-ah maksudku, Dr.Suho. Ya, Dr.Suho" sadar Yeri saat dirinya lupa dengan panggilan formal nya saat bekerja.

"Yeri, sekali lagi hati-hati."

Yeri bangkit dari bungkuknya dan memberikan amplop yang terjatuh itu kepada sang pemilik.

"Baik dokter, maaf saya tidak fokus," Yeri ikut menundukkan kepalanya seperti Jihyo.

"Yasudah lanjutkan pekerjaan kalian, tidak usah gugup begitu Jihyo, Yeri." ucapan Suho membuat Yeri dan Jihyo mulai menaikkan sedikit kepalanya takut-takut.

Terpampang senyuman Suho yang membuat Yeri dan Jihyo semakin bertambah kikuk dan sebisa mungkin untuk membalasnya dengan senyuman mereka.

"Huft.. hampir saja" Yeri menghela napasnya jengah menarik tangan Jihyo untuk berjalan kembali.

"Kajja Jih!" seru Yeri menarik tangan temannya itu.

Sementara Park Jihyo, gadis itu masih diam mematung dan membisu menyaksikan kepergian sang dokter tampan yang selama ini tidak pernah ia lihat dan temui di dalam rumah sakit ini, padahal ia sudah hampir setahun bekerja disini.

"Astaga Jihyo! kau seperti tidak pernah melihat dokter saja! Ayo!"

Yeri menarik tangan Jihyo dan melanjutkan langkahnya duluan, sementara Jihyo masih terpaku ditempatnya, gadis itu masih belum mampu bergerak dan berkata-kata sedikit pun.

"Yer, Yer! Yeri-ya! tolong pukul aku Yer-apa aku sedang bermimpi?"

Yeri tak habis pikir dengan temannya yang satu ini. Jika membicarakan namja, tak sengaja bertemu namja, maka selanjutnya pembahasan nya adalah namja, namja dan namja. Astaga Jihyo,

"Ya ampun Jih,"

Jengah Yeri yang memandang kearah temannya malas, sementara Jihyo masih tertinggal jauh dibelakang nya.

"Sebentar Yer," Jihyo berlari kecil berusaha mengejar Yeri yang sudah mulai menjauh langkahnya.

"Yer apa kau sudah gila huh?! Apa kau tidak waras?" ucap Jihyo yang membuat Yeri memutarkan bola matanya malas. Yeri melirik kearah temannya itu dengan tatapan penuh kesabaran.

"Tidak, tidak. Okay, pasti aku salah dengar. Tapi kau benar-benar memanggilnya dengan sebutan oppa? Jinjja??"

Yeri memejamkan matanya penuh kesabaran, menyimpulkan pipinya layaknya tersenyum tetapi ini bukan sebuah senyuman ini merupakan bahasa tubuh yang ia tampilkan di wajahnya-sebuah raut malas nan menyebalkan atas kekesalannya terhadap temannya yang bersikap konyol itu.

Menatap wajah temannya yang berada di hadapannya itu dengan penuh kesabaran.

"Ah pasti kau pacarnya kan? Ayolah Yer-Yer ayo katakan.."

Setelah berhasil mengumpulkan seluruh kesabaran Yeri dan akhirnya gadis itu berteriak sekencang-kencangnya dengan satu tarikan nafas.

"ASTAGA JIHYO, PARK JIHYO..!!" teriak Yeri yang ditinggal lari oleh Jihyo yang kelabakan.

"Kau berhutang cerita padaku Yeri-ya!" Jihyo berlari dan menjauh dari Yeri yang sudah sangat emosi.

"PARK JIHYO..!!"

***

Tbc.

PREDESTINATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang