Busan

124 19 5
                                    

Dengan mata yang tak kunjung mengatup, senja yang menggelap menjadi saksi bahwa memang benar belum waktunya untuk terlelap sekalipun di dalam perjalanan panjang.

Lengan yang saling bertumpu duduk bersedekap ditutupi jaket denim berbahan jeans yang diberikan Jungkook tadi sebagai rasa khawatirnya pada dirinya yang ia anggap sebagai adik katanya.

Sesekali melirik kearah jendela kaca yang menampilkan seluruh benda bergerak cepat seiringan kereta melaju kencang. Sesekali gelap tanda kereta sedang memasuki terowongan dan sesekali berisik akibat suara rem cakram saat berjalan di persimpangan rel kereta.

Semua seperti sebuah film lama yang disimpan apik di dalam memori. Senja berubah malam, pepohonan pinus yang tadinya masih terlihat kini berubah menjadi gelap. Tidak ada penerangan yang pasti selain lampu di dalam KTX. Apalagi saat kereta mulai menyusuri lorong bawah tanah, pemandangan hanyalah tembok berhias reklame iklan layanan operasi plastik.

"Rotinya, nona?"

"Ah, tidak. Terima kasih." Yeri tersenyum simpul saat wanita itu mengangguk ramah. Seorang kondaktris wanita yang bekerja di KTX itu, wanita itu berjalan menawarkan makanan pengganjal perut untuk penghuni kereta. Seperti biasanya sedang diadakan bazar, pun penumpang kereta menjadi sasaran empuk mereka para produsen menjajalkan produk barunya. Roti berbalut madu contohnya, seperti yang kondaktris itu tawarkan barusan pada Yeri, sayangnya Yeri tidak selera sama sekali.

Sepeninggalan wanita cantik itu, kepala Yeri kembali berdenyut. Sedari tadi ia masih saja terus memikirkan tentang kabar yang baru saja ia dapatkan sore tadi. Masih tak menyangka tentang apa yang baru saja masuk kedalam telinga dan otaknya.

"Kim Suho, meninggal dunia." Frasa itu yang sulit Yeri mengerti meskipun tahu.

Dan pertanyaan lain dibenaknya seperti, sakit apa, kenapa, ada apa, itulah yang melilit kepala Yeri saat ini. Tak urung untuk tetap terus memainkan ponselnya meski baterai yang sekarat.

Di dalam galeri ponsel menemukan potret Suho dan dirinya tersenyum lebar di dalamnya. Saat itu ada di rumah sakit umum daerah Gangnam, saat sebelum Yeri dipindah sip ke rumah sakit jiwa tempat merawat Jungkook, kenangan itu masih ada tapi sekarang beliau sudah meninggal dunia.

Terakhir kali ia mendapat panggilan panti sebelum pembubaran adalah dari Kim Suho, namun saat ini kembali terulang lagi—namun dengan membawa kabar yang kurang baik, Kim Suho menghembuskan nafas terakhirnya siang itu, memang Yeri sudah jarang sekali mengunjungi rumah sakit jiwa yang di pekerjakan oleh Jieun dan Suho namun sepertinya karma sedang berjalan, kini Lee Jieun telah kehilangan segalanya, kabarnya ia sudah tidak terima panggilan bekerja lagi di rumah sakit itu setelah Jihyo yang berhasil menemui Yeri dan meminta maaf pekan lalu dan ia menceritakan semuanya.

Awalnya Kim yeri bertanya-tanya ada apa dengan ipar ularnya itu masih mau mengabari tentang berita kematian mantan suaminya. Namun Yeri abai sebab mengingat ia tak pernah dianggap disana. Pun detik itu terulang lagi saat dirinya harus mendapati kabar Suho meninggal dunia dan mayatnya sudah dibawa pulang ke Busan.

Dan malam ini menjadi saksi ketulusan Kim Yeri untuk melihat sang sanak diantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya meskipun dahulu mantan istri saudaranya itu sendiri banyak menyakiti Yeri.

***

Suara dari stasiun riuh ramai berisik mengerumuni telinga gadis itu yang terpulas lengah dengan kepala yang setengah ia sandarkan ke jendela kereta.

"Nona, kereta sudah berhenti di pemberhentian stasiun Busan." Suaranya pun hanya terdengar sayup-sayup wanita. Salah seorang kondektris yang sama mengguncang bahu Yeri membuatnya terkejut saat terbangun dan mengetahui dirinya ada di dalam kereta.

PREDESTINATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang