Ini adalah tiga hari setelah kepergian sang nenek untuk selama-lamanya. Setelah hari pertama penguburan jenazah neneknya di tempat peristirahatan terakhir Yeri menangis tersedu-sedu tidak terima dengan kepergian sang nenek, kesedihan melanda gadis itu.
Kini memori itu terulang lagi, di bawah nisan ini Yeri bertekuk lutut sembari memanjatkan doa tak ayal air mata pun ikut mengalir membasahi pipinya.
Pun Kim Yeri tidak sendirian, Hana dan Jimin yang juga hadir di pemakaman nenek. Ketiganya saling memanjatkan doa sembari menunduk pilu atas rasa sedih kematian sang nenek.
Dua hari yang lalu, saat pemakaman mayat sang nenek mereka tak bisa untuk berlama-lama di tempat pemakaman ini mengingat hari itu begitu ramai pengunjung maka setiap orang yang berdatangan harus dibatasi waktunya dan sangat terbatas sampai pada hari ini baru dilonggarkan.
Hana yang mulai gusar pun menghindar dari tempat makam sang nenek, dirinya memilih untuk menepi di dekat pos penjaga, Jimin terpaksa mengejar Hana yang tampak frustasi sementara Yeri ditinggal sendirian disana.
"Bunga Lily ini untuk nenek. Semoga nenek suka." Yeri menyeka air matanya sambil meletakkan dua batang bunga Lily itu di makam neneknya sebelum berpamit pulang.
"Yeri pulang ya nek, nenek yang tenang ya disana." Rasanya begitu sakit saat harus ditinggal oleh orang yang sangat berarti bagi kita. Itulah yang Yeri rasakan saat langkahnya mulai menjauh dari area pemakaman bertemu dengan Hana dan Jimin yang masih berduduk diri disana.
"Sebaiknya berpamitan dahulu pada nenek." ucap Yeri mengatakannya pada dua orang disana. Gadis Kim melanjutkan langkahnya lagi dan melirik kearah Hana yang Jimin yang sudah beranjak berbalik arah dengannya.
***
Pagi ini begitu senyap untuk areal pemakaman Jie Yu yang biasanya sudah dipenuhi para peziarah ataupun pendoa yang datang saat pagi buta. Begitu keluar dari area dalam pemakaman Yeri langsung disambut oleh dua sahabatnya yang menungguni.
"Sudah?" tanya pria yang tengah berdiri memandangi halaman pelataran pemakaman bersama seorang gadis di sebelahnya yang berjongkok diri.
Yeri mengangguk mengiyakan selanjutnya mereka bertiga berjalan kearah parkiran. Tentu saja kedua dari teman Yeri itu tidak diperbolehkan masuk ke pemakaman sebab pembatasan jumlah pengunjung karena ada wabah flu di sekitar lokasi.
Siapa lagi kalau bukan Eunwoo dan Seulgi yang turut menemani sahabatnya itu. Mereka tadi memang datang bersama-sama kemari hanya saja yang diperbolehkan masuk hanya beberapa orang.
Eunwoo membawa mobil pinjaman dari tempat kerjanya sementara Jimin membawa mobilnya sendiri. Setelah melihat kehadiran Jimin dan Hana disana mereka langsung berangkat pergi keluar dari area pemakaman.
***
"Aku ambil sarapan pagi dulu Jung! Annyeong!" Kata teila menjerit dari arah luar kamarnya. Sementara pria itu samar-samar dapat mendengar suara ketika wajah tampannya masih dibebani kantuk yang teramat sangat.
Mengingat tadi malam dirinya sangat sulit terpulas sebab harus menerima transfer darah lagi, tentu saja sebab dirinya kekurangan darah makanya sewaktu di cafetaria kepalanya pusing.
Jeon Jungkook mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang melirik kearah jam dinding memastikan pukul berapa dirinya terbangun.
"Akh!" Jungkook merasa sempoyongan saat menginjakkan kakinya di atas lantai, terasa asing saat lupa memakai sandalnya.
"Aish, kenapa ia tidak menyiapkan sandalku." Gerutu Jungkook mengingat sandalnya tidak tersedia disana. Teila memang selalu lupa untuk menyiapkan apa yang dibutuhkan Jungkook.
Tujuan pria ini adalah balkon kamarnya untuk berjemur dibawah mentari pagi yang biasanya pria ini lakukan. Terpikir mengenai ponsel milik Yeri membuatnya menjadi ragu untuk menyentuh benda pipih itu.
"Kenapa ia belum mengingat ponselnya." monolog pria itu merasa kasihan pada Yeri yang harus ketinggalan ponselnya, pria itu yakin pasti Yeri akan kembali menjemput ponselnya.
Mengingat tentang Yeri terkadang membuat Jungkook merasa bersalah kala teringat pernah menyakiti perasaan gadis itu dengan penyakitnya.
Pria itu berharap jika suatu hari nanti Yeri bisa kembali lagi bersamanya meskipun begitu bukan berarti harus menjalin hubungan namun menganggapnya sebagai bagian dari keluarga kandungnya.
***
"Bagaimana kalau kita semua makan di restoran saja, biar aku yang mentraktir!" Eunwoo mencoba menghibur Yeri yang tampaknya masih belum menerima atas kepergian sang nenek dan berinisiatif untuk membayari makan bersama mengingat semalam pria itu baru saja menerima gaji.
"Tidak perlu repot-repot Woo, itu terlalu berlebihan, aku bisa memasak sup di rumah." Ucap Yeri berusaha untuk tetap sederhana.
"Tapi petugas kepolisian masih menyelidiki dan menggeledah rumah Yerim, sangat tidak nyaman jika kita makan disana." Eunwoo pun tak kalah bersih keras untuk mengajak teman-temannya ikut makan.
"Iya Yer, aku juga takut polisi." Seulgi malah berbicara nyeleneh yang membuat seluruh isi mobil tertawa.
Tiba-tiba ponsel milik Eunwoo berdering membuat pria itu harus mengangkat teleponnya ketika menyetir.
"Tambah saja volumenya, pencet speaker, biar aku saja yang pegang ponselnya!" Usul Seulgi takut jika temannya itu harus menerima panggilan disaat menyetir kendaraan.
"Halo?"
"Woo, aku ada panggilan mendadak dari atasan perusahaan ayahku, aku tidak ikut bergabung dengan kalian ya" suara Jimin memenuhi atensi orang-orang yang ada di mobil box Eunwoo.
"Ne. Tidak apa-apa kami juga ingin mampir di tempat makan, kau nanti menyusul saja"
"Memangnya dimana?"
"Gangnam ujung Jim"
"Baiklah. Kalau sempat aku akan kesana"
Yeri yang sedari tadi menyimak pun tiba-tiba terpikirkan tentang adiknya yang mengingat ia pergi bersama Jimin dan berada di mobil pria itu.
"Bagaimana dengan Hana?" Yeri ikut menyambung dalam obrolan yang memang sengaja sudah di kuatkan speaker ponsel milik Eunwoo.
"Hana bilang dia ada ujian praktek di sekolahnya, sekalian saja aku antarkan noona" jawab Jimin dari dalam telepon pun membuat Yeri sedikit lega mengingat tentang gadis centil itu yang kadang tidak memikirkan diri.
"Bagaimana dengan makan kalian?" Tanya Yeri lagi dan yang lain juga penasaran akibat saling peduli antar sesama.
"Kami akan membelinya di jalan! Ne, aku tutup dulu kami akan segera memasuki jalan tol" suara Jimin tampak terburu-buru membuat ketiga temannya pun simpati mengingat Jimin memang sedang menyetir juga.
"Baiklah! Hati-hati menyetirnya Jim, kami tutup ya" ucap Eunwoo mengakhiri obrolan mereka.
"Jangan lupa makan Hana ya Jim!" Teriak Yeri tak kalah heboh saat panggilan sesaat kemudian berakhir pun membuat Yeri terus saja khawatir.
"Kau begitu peduli dengan anak itu? Sebegitunya Yerim?" Seulgi tampaknya cemburu pun langsung di kode Eunwoo untuk tidak mengganggu suasana hati Yeri yang sedang gundah.
"Seulgi ku yang selama ini sedang cemburu ya.." kata Yeri yang tiba-tiba merasa hangat sejenak melupakan tentang kesedihan atas kematian nenek dan khawatir akan makan siang Hana.
***
Maaf guys tadi malem aku ketiduran:')
🍵☕☕🍵☕🍵☕🍵☕🍵🍵

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
FanfictionSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...