Berbulan-bulan sudah berlalu hari demi hari Yeri jalani dengan apa adanya. Tentunya semuanya terlihat baik-baik saja, aman-aman saja seperti jalanan mulus beraspal.
Pagi-pagi Yeri akan memasak sarapan kemudian berangkat bekerja, sambilan kerja gadis itu makan siang di cafetaria rumah sakit, pulang bekerja menyempatkan diri mampir membeli bunga untuk meletakkan di kuburan nenek, pun sesekali Yeri tak lupa untuk berkunjung ke kediaman keluarga Jeon, dan bertemu pria kelinci itu sambil bertukar cerita.
Singkatnya, setelah beberapa lama Yeri mulai nyaman dengan pria itu. Bahkan masih ada benih cinta yang utuh berdebar kencang di dadanya namun sepertinya Jungkook tak melihat tentang kesungguhan Yeri disana dan malah menganggap Yeri tak lebih dari sekedar adik.
Pun tak henti-hentinya keluarga Jeon menyuruh Yeri untuk tinggal serumah dengan mereka, dan tawaran-tawaran baik lain seperti disewakan tempat tinggal dan apartemen yang ada di daerah Gangnam, namun semua tawaran baik itu Yeri tolak dengan rendah hati sebab tak ingin menyusahkan siapapun terlebih itu terlalu berlebihan bagi Yeri sendiri, karena saat ini masih ada rumah peninggalan sang nenek angkat meksipun kabarnya akan segera digusur.
Satu hal lagi, saat ini Yeri ditempatkan bekerja di rumah sakit umum daerah Gangnam, tepatnya di pesisir kota dan jauh dari pemukiman tengah kota, dimana rumah keluarga Jeon berada disana. Tidak memungkinkan Yeri untuk hanya sekedar pergi dan pulang bekerja jauh-jauh dari atap rumahnya, lagi pula keluarga Jeon sudah terlampau baik pada Kim Yeri yang membuat gadis itu tidak enak hati dan merasa merepotkan mereka.
Perlu diketahui lama perjalanan dari rumah keluarga Jeon ke rumah sakit tempat Yeri bekerja menempuh jarak 5 jam perjalanan untuk waktu tempuh yang relatif lama. Sehingga membuat Yerim juga tak mengindahkan rengekan Hana adik angkatnya selaku Hein adik kandung Jeon Jungkook yang memintanya untuk menetap disana.
"Hahaha.. Eommonim ada-ada saja, Yeri mana mungkin seperti itu pada Hein." Yeri tertawa lepas bersama Nyonya Jeon begitu mereka duduk di balkon rumahnya bersama-sama setelah sesi peluk dan cium beberapa menit silam.
"Yeri kira salah rumah, dan malah mendatangi rumah Hana, tetapi justru rumah Hein dan Jungkook," ucap Yeri pada perempuan paruh baya di depannya yang baru saja menyeruput teh di cangkirnya.
"Aku sangat bahagia sekali kau mau datang singgah kerumah kami, Yeri-ssi. Kupikir kau tidak akan pernah memaafkan ku dan masih marah atas kelakuan lancang ku saat itu."
"Maafkan Eommonim, Yeri-ya."
Nyonya Jeon menundukkan kepalanya membuat Yeri semakin mendekatkan duduknya dengan wanita rambut sedada itu yang tampaknya sudah mulai menua namun gayanya tetap saja terlihat seperti anak muda.
"Tidak masalah Nyonya. Yeri sudah memaafkan Eommonim lebih dulu, ne?" Yeri memeluk perempuan itu penuh keharuan sembari menggosokkan tangannya pada punggung ibunya Jungkook.
"Hiks.. terima kasih Yeri-ya, aku sangat menyesal sudah pernah berlaku seperti itu padamu."
"Tidak apa-apa Eommonim,"
"Hey!" Tiba-tiba Hein datang dari arah pintu sambil menyambar kukis di meja.
"Eomma dan eonni seperti drama-drama melow, ne." katanya sengaja mengganggu ibu dan kakaknya yang tengah berpelukan haru.
"Bilang saja kau cemburu.."
"Siapa yang cemburu?"
"Kau kalau Eomma ingin peluk pasti selalu menghindar!"

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
أدب الهواةSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...