I need U

550 76 1
                                    

Gadis cantik ini menyebrangi jalan dengan tergesa-gesa, melewati zebra cross dan mulai berlarian sambil membawa buku-buku yang dipeluknya erat. Semua itu hanya satu yang ditujunya-demi seseorang yang kehadirannya sudah dinanti-nantikan oleh sang gadis.

Senyuman yang mengembang ia tampilkan sedemikian rupa saat melihat punggung seseorang di depan sana tengah berdiri menghadap kearah pantai GyungJu /(pantai ini yang terdapat pada MV BTS RUN & I NEED YOU *fyi).

Seorang pria yang mengenakan kaus putih dan jaket denim berwarna silver berdiri tegap menghadap kearah pantai memegangi besi pembatas jalan. Juga sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk memegang cup kopi dinginnya.

Pria itu masih menghadap kesana menikmati suasana pantai yang indah dengan burung dara putih yang berterbangan menghiasi langit pantai yang sedang cerah. Pagi ini suasananya begitu tentram dan menyenangkan.

Hana menjerit dari tempatnya memanggil seseorang yang ditujunya itu disana. Dengan tentengan nya melambaikan tangan-tersenyum selebar mungkin terlihat betapa bahagianya gadis itu hari ini.

Berjalan cepat menuju orang yang ditujunya jaraknya beberapa meter dari tempatnya berdiri, rasanya gadis ini ingin melayang saja untuk segera menemui pria itu.

"Jimin-!"

Sebutnya sekencang mungkin, tersenyum lebar yang dibalas dengan tawa menyenangkan dari Jimin.

"Jiminaaa.." Hana berlari memeluk Jimin dengan eratnya. Liquid bening berhasil membasahi pipinya yang chubby itu bersamaan dengan tawa Jimin yang tak henti-hentinya.

"Hei, mau sampai kapan kau memelukku"

tanya Jimin setelah gadis itu memeluknya cukup lama dan Hana mulai melepaskan pelukannya itu dari kekasihnya.

Hana memukuli lengan Jimin dengan raut kesal yang dengan sengaja dibuatnya. Sementara Jimin yang terus tertawa memamerkan kedua mata sipitnya itu.

"Hei, berhentilah menangis. Ne."

Jimin kembali menarik gadisnya masuk kedalam pelukannya, menenangkan gadisnya kendati masih bertengger tawa kelucuan di wajahnya. Jimin memang sering memperlihatkan tawa nya.

"Aish, kau yang seharusnya berhenti menertawakan ku!" Kata gadis itu kesal membawa kedua tangannya yang digenggam erat oleh Jimin.

"Apa kabar?" Jimin tersenyum selebar mungkin disana, membuat gadisnya hampir menangis sembari tersipu, pipinya sukses merah merona pagi ini.

"Aku baik, kau?" Hana berucap disana, tersenyum mengimbangi Jimin yang penuh pesona itu.

"Aku lapar Jim" tukasnya sebelum pria itu menjawab pertanyaannya.

"Bagaimana kalau pizza double cheese sausage, hm?" Jimin memutarkan sebuah pertanyaan pada Hana, mereka akan mengunjungi satu restoran cepat saji hari ini.

"Boleh juga, kajja!"

***

Terbangun dari sebuah kegelapan hasil dari alam mimpinya-terbangun dari tidur indahnya meskipun ia tak bermimpi sama sekali. Berusaha membuka lebar-lebar kedua manik matanya melihat keadaan sekitar yang masih sama sebuah ruangan isolasi serba putih itu.

"Dimana aku"

Jeon Jungkook masih dengan skizofrenia nya itu, bahkan pria ini masih belum mampu untuk membuang semua trauma yang pernah menimpanya.

"DIMANA AKU!"

Jungkook menjerit sekeras-kerasnya menghentakkan kakinya sembari berusaha keluar dari ikatan itu, marah dan kalut menjadi satu. Pria ini benar-benar gila.

"DIM-

Jungkook berhenti berteriak kalah Dr.Ji berhasil dengan sigap memasuki kamar rawat Jungkook dengan tergesa-gesa. Tampak Dr.Ji yang mengatur nafasnya yang memburu.

"Jungkook-ah, kau sudah sadar?"

Dr.Ji mencoba berinteraksi pada Jungkook-satu-satunya pasien yang terlibat dengan urusan kisah cinta, Dr.Ji mengerti ini urusan anak muda.

Jungkook terpaku disana-sekejap terdiam seketika menyaksikan bagaimana senyuman Dr.Ji yang menghiasi wajah damainya itu.

"Hmm, kau kenapa? Ada apa ceritakan padaku," bujuk Dr.Ji berusaha mendalami Jungkook yang mematung disana memperhatikan gerak-gerik dirinya yang tengah mendekati.

Jungkook sadar ia gila. Jungkook sadar ia tidak waras-bahkan ia sadar tentang penyakitnya dan sangat tidak terima atas trauma dan musibah yang menimpanya itu. Tapi Jungkook belum pernah seperti ini sebelumnya, pria Jeon jatuh cinta pada dokter itu.

"Kau lapar?" Jieun memperbaiki bantalan Jungkook.

"Begini Jeon, nanti aku kirimkan seorang suster pribadi yang dikhususkan untuk merawat mu saja-supaya kau dapat bertukar pikiran dan berinteraksi dengannya jauh lebih personal dibandingkan suster lainnya disini,"

Jieun mengulas senyum nya melihat Jungkook yang tampak seperti layaknya pria-pria waras lainnya, bagi Jieun-kejiwaan Jungkook tidak begitu parah, hanya saja masih menolak dan belum dapat menerima tentang trauma yang menimpa nya itu.

"Kau harus semangat, sebentar lagi suster nya akan datang. Kau mungkin akan sarapan pagi dengannya" kembali mengulas senyum nya damai, Lee Jieun memang ahli dalam hal ini.

Perempuan Lee pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu, mengangkat telepon yang bergetar dari balik saku nya.

"Waktu mu lima belas menit lagi Yerm, aku tunggu."

***


Tbc.

Aku sangat mengharapkan vote dari kalian😌. Di mohon kerjasama nya dear</3

PREDESTINATED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang