"Jungkook." Peluk ibu Jungkook dengan erat bergantian dengan sang ayah yang memeluk dan diikuti dengan menepuk pundak putranya.
Yeri yang menyaksikan pemandangan di depannya itu hanya mampu tersenyum tipis. Mengingat bahwa keluarganya tidak seperti keluarga milik Jungkook, harmonis dan penuh cinta meskipun Yeri tahu bahwa ada satu anggota lagi yang mereka kehilangan.
"Ah, Yeri ini untukmu, kau memang gadis yang baik. Terima kasih ya." Ibunya Jungkook menyerahkan bungkusan bag pada Yeri dan gadis itu menerimanya dengan kikuk awalnya Yeri ingin menolak namun dipaksakan oleh ibu dan ayah Jungkook.
"Kau sudah kami anggap seprti anak kami sendiri Yeri-ya, terimakasih telah membuat kondisi putraku kembali membaik." Kata Tuan Jeon tersenyum lebar pada Yeri.
"Terima kasih kembali Tuan, Nyonya. Ini memang sudah menjadi kewajiban ku sebagai suster." ucap Yeri sambil tersenyum. Yeri menjadi malu saat harus dipuji begini, ini hanya pekerjaan biasa. Meksipun awalnya Jungkook sangatlah luar biasa.
"Appa akan memulangkan mu jika kau sudah benar-benar sehat. Appa akan menanyakannya langsung pada Dr.Lee." ucap pria paruh baya itu pada Jungkook dan Jungkook lantas sangatlah terkejut sekaligus senang saat mendengarkannya.
Pria itu menatap Yeri bahagia dan Yeri yang ikut tersenyum mengingat Jungkook benar-benar akan pulang dan sehat dan pastinya pria muda tampan itu tidak gila lagi.
Namun seketika euphoria nya itu menjadi masam ketika mengingat dirinya yang sudah tidak dapat lagi nantinya melihat Lee Jieun, dokter yang mirip sekali dengan kekasihnya itu. Melainkan Yeri, dia juga pasti jarang bertemu dengan gadis itu, suster yang sudah ia anggap sebagai sahabat.
Hanya sebatas sahabat?
Begitu juga dengan Kim Yeri, dibalik senyumannya yang mengembang sebenarnya terselip banyak rasa sungkan untuk menerima kenyataan tersebut. Sebab banyak plan yang belum sempat Yeri selesaikan dengan Jungkook meskipun itu hanya berupa hal konyol sekalipun.
'Bagaimana dengan taman belakang rumah sakit ini Kook-ah? Dan janjiku padamu, apakah setelah ini kau akan melupakanku begitu saja.' Monolog Yeri di dalam hati, ia meringis mengingat dirinya hanyalah sebatas suster perawat yang seharusnya tak pantas menyukai pasiennya sendiri.
'Maafkan aku Nyonya, Tuan. Aku terlanjur mencintai putra kalian.' celetuk Yeri dalam hati.
***
"Nenek?" Hana menatap manik wanita tua renta itu dengan pandangan berbinar. Dirinya benar-benar bahagia saat mengetahui sang nenek yang akhirnya terbangun juga.
"Nak Hana." akhirnya neneknya itu mau membuka suara. Setelah berbulan-bulan Hana baru kali ini kembali mendengarkan suara sang nenek setelah beberapa lama.
"Nenek, hiks.." Hana langsung menghamburkan pelukannya pada sang nenek sambil tersedu-sedu.
"Aku merindukanmu." Peluknya.
"Nenek juga." Kata wanita itu dengan suara seraknya.
"Hei nak, kau siapa?" Tanya nenek Hana menunjuk Jimin yang sedari tadi masih menontoni Hana dan neneknya.
"A-ah dia temanku nek." Hana mengerlingkan matanya pada Jimin gadis itu sengaja berbohong supaya sang nenek tidak terkejut saat mengetahui siapa pria yang ada disebelahnya itu.
"Ah ne. Betul nek, aku temannya Hana." kata Jimin tersenyum manis pada sang nenek yang membalas senyumannya.
"Kau pria yang tampan." Ucap sang nenek dan Jimin tersenyum lebar menanggapi nya.
"Ah, Hana-ya, dimana kakakmu?" tanya sang nenek dan skeptis Hana meremang ditempatnya. Dirinya sekilas menatap Jimin yang memandangnya bingung.
"Hmmm.. kak Yeri kuliah nek." Bohong Hana saat mengingat Yeri yang sebenarnya bekerja diluar sana. Hana tidak ingin pekerjaan milik Yeri menjadi beban pikiran sang nenek.
Karena selama ini mereka berdua berbohong bahwa uang makan mereka datang dari kiriman orang tua mereka. Jadi selama ini mereka membohongi sang nenek.
"Ah, baguslah. Kau masih bersekolah kan?" Nenek itu menatap Hana yang sibuk mengelap air mata dan ingusnya.
"Slrrrrp.. ah ne, aku masih bersekolah nek. Nenek jangan khawatirkan itu." Tukas Hana sembari membuang ingusnya dengan tisu.
Gadis itu kalau menangis pasti selalu mengundang ingus.
Dan kegiatan Hana barusan langsung ditertawakan oleh nenek dan kekasihnya. Hana jadi salah tingkah dan malu.
"Kau ini masih tetap jorok ne." Celetuk sang nenek yang membuat ketiganya tertawa lepas.
***
Kedua orang tua Jungkook pun pulang setelah menjenguk sang anak yang tampaknya sudah sangat normal. Tadi Yeri sudah berusaha untuk mengejar Dr.Lee karna tuan Jeon yang ingin berbicara pada dokter itu namun sayangnya Lee Jieun sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu.Tuan dan nyonya Jeon pun memaklumi hal itu. Lagi pula, belum ada kepastian juga jika putranya itu sudah benar-benar pulih dan dibolehkan pulang atau itu hanya sementara saja. Karena mungkin saja Jungkook akan tiba-tiba koma lagi seperti kemarin.
Dan berakhirlah kedua orang tua Jungkook pulang dari rumah sakit. Katanya kalau tidak lusa ataupun Minggu depan mereka akan berencana membawa Jungkook pulang jika Dr.Lee mengijinkan.
Dan mereka hanya menuruti perintah sang dokter saja karena takut jika tindakan sepele seperti itu justru semakin membuat kekacauan seperti yang pada umumnya terjadi.
"Jadi, kau benar-benar yakin sudah kembali sehat?" Tanya Yeri pada sang empu yang kembali memainkan game di ponsel Yeri.
Kini tinggal mereka berdua di dalam ruangan itu. Jungkook tadi memohon untuk meminjam ponsel pintar milik Yeri yang sebenarnya Yeri ragu untuk meminjamkannya, takut sesuatu terjadi lagi pada pria itu.
Namun karena bukan Jungkook namanya jika dia tidak berhasil merebut apapun yang ia inginkan harus ia dapatkan, dasar pria itu benar-benar.
"Iya, kenapa rupanya? Aku kan memang sudah benar-benar sehat, lihatlah bermain game saja aku sudah bisa." Kata Jungkook bangga memamerkan skillnya saat memencet ringan ponsel milik Yeri.
Gadis itu memutarkan bola matanya.
"Siapapun bisa memainkan game Jungkook, orang gila pun juga bisa memainkan game." kata Yeri sok tahu dan dibalas tatapan angin oleh Jungkook yang hanya mengindahkannya sekilas."Sok tahu! Aku kan sudah lihai menggoda, nah itu tandanya aku sudah kembali normal seperti orang-orang pada umumnya." balas Jungkook lagi kali ini dengan sok akrabnya merangkul punggung Yeri yang dengan cepat melepaskan rangkulan itu.
"Aku ini berbicara serius Jeon Jungkook-ssi." Kata Yeri datar gadis itu menjauh dari prianya yang sukanya main-main dengan pembicaraan.
"Baiklah, kau susternya jadi seharusnya kau yang tahu tentang keadaan ku, bukan aku. Akh! Lihatlah aku kalah satu poin karena mu." protes Jungkook dan Yeri langsung beranjak tak perduli. Dirinya lebih memilih untuk berpindah ke sofa dari pada duduk di sebelah pria yang baru sembuh dari gilanya itu.
"Kau sudah benar-benar sehat ternyata. Semoga saja aku tidak merindukanmu nanti." batin Yeri yang menatap datar kearah Jungkook dan saat pria itu menyadarinya Yeri sontak langsung memalingkan pandangannya seolah ia tidak pernah melirik kesana.
"Kau barusan menatap ku ne?" Goda Jungkook dengan senyuman jahilnya.
Pria itu tampaknya sudah benar-benar pulih. Dan yakin kalau pria itu tidak akan mau lagi menjadi pengidap skizofrenia karena sang tunangan yang telah tiada.
Lembaran baru akan dimulai dari saat ini. Baiklah, mari kita mulai ceritanya.
***
Karena kalian baik, aku updateee
❤️😁❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
FanfictionSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...