Yeri tengah berdiri di balkon teras di kediaman megah keluarga Jeon yang tengah ramai dan sibuk sebab undangan makan malam akan merayakan pulangnya Hein kerumah dan kesembuhan Jungkook dari sakitnya.
Sehabis makan malam bersama para anggota keluarga Jeon, Kim Yeri langsung berlari kemari, menyembunyikan diri di tempat dimana dirinya dan Jungkook yang sering memainkan permainan, seperti balok susun dan lain-lain, juga tempat dimana Yeri dan Jungkook yang sering berbagi cerita saat malam dan berkunjung ketika semua keluarga Jeon tertidur.
Pikiran Yeri masih terus berkecamuk mengenai kejadian tiga hari yang lalu dimana Yeri bertemu langsung dengan tunangan Jungkook yang selama ini diduga telah tiada namun nyatanya gadis itu justru datang disaat Yeri tengah jatuh pada pesona pria Jeon.
Katakan waktu yang salah.
Sementara Jungkook tengah melayani para tamu-tamu yang datang diundang ibu dan ayahnya, pria itu juga kembali di gegerkan dengan matanya yang sibuk terus mencari keberadaan Yeri yang sedari tadi sehabis makan malam tidak nampak dari hadapannya.
Membuat Jungkook memutuskan untuk meninggalkan semua tamu dan berujung mencari Yeri sampai ke sudut-sudut rumah.
Satu tempat yang Jungkook tahu dimana Yeri saat ini, terlihat dari balkon luar yang terang oleh lampu taman gadis itu berdiri melamun diatas sana dan Jungkook segera menghampirinya.
Yeri yang tak tahu pun terkesiap saat Jungkook datang dari belakangnya dan berdiri tepat disampingnya sambil melirik kearah gadis itu lalu tertawa sumbang dan tersenyum lebar.
Yeri yang benar-benar berada di dalam pikiran yang kacau hanya mampu membalas senyuman itu seadanya, takut jika pesona pria itu jatuh lagi dan takut jika dirinya akan jatuh cinta lagi pada pria di depannya yang sebenarnya masih menjadi tunangan milik orang lain.
"Kau kenapa? Sedang memikirkan apa?" Tanyanya bagai frasa yang tak pernah Yeri dengar sebelumnya, rasanya seperti mimpi, bahkan lebih sakit dibandingkan jika ia melihat kemesraan pria Jeon saat bersama Teila dulu.
Kau bukan siapa-siapa Yeri.
"Tidak ada." Yeri melontarkannya singkat. Terlalu lelah dengan lika-liku kisahnya sampai membawakan dirinya masuk kedalam kisah percintaan orang lain.
"Ayolah, jangan bohong begitu, apa makanannya kurang?" Jungkook berusaha untuk menghibur gadis yang ada di depannya itu dengan lelucon namun sayangnya Yeri tak menangkap kelucuan itu sama sekali terlampau jauh saat pikirannya ada di ambang kekacauan.
Mereka berdua terus terdiam sampai-sampai Jungkook juga ikut terlarut dalam pandangannya pada arah langit yang dipenuhi bintang dan suasana malam yang berangin.
"Jung," interupsi Yeri saat Jungkook mulai menoleh kearahnya.
"Hm?"
"Apa kau percaya takdir?" Yeri berusaha untuk tetap tenang saat memulai percakapan kendati isi kepalanya penuh dengan pertanyaan sarkastik sebab dilanda gulana mengenai pria disampingnya dan kisah cintanya.
"Ya begitulah, aku mencoba untuk menerima suatu keadaan bahkan di kondisi terpurukku sekalipun, kau tahu, kan aku pernah sakit jiwa."
Yeri menoleh pada prianya. Bukan, bukan itu yang Yeri maksud, ia tidak ada niatan sama sekali untuk menyinggung masalah kejiwaan Jungkook namun lebih kepada perasaan yang tumbuh di dirinya pada pria itu.
"Ani-ya! Bukan begitu maksudku, maksudku apakah kau yakin jika takdir hanya mampu mempermainkan suatu kejadian?"
"Astaga.. Kim Yeri kau bicara apa sih? Kau kenapa? Memikirkan tentang biaya uang bulanan listrik rumah?" Skeptis Yeri terdiam saat pria di sampingnya bergerak. Ada perasaan semacam was-was mengingat betapa besar pesona pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
أدب الهواةSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...