Tepat pukul sepuluh di pagi nan cerah hanya saja tampaknya mentari sudah lebih dulu menyengat bumi sehingga panasnya perlahan terasa memanggang kulit.
Dan di bawah terik mentari ini pula Kim Yeri setelah menangis seharian penuh, melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. Sebelumnya ia singgah di tempat karaoke yang tak jauh dari rumah sakit tepatnya di dalam sebuah mall, Yeri kesana hanya untuk menangis. Ia meredam tangisnya di dalam toilet supaya tidak ada yang tahu kalau sebenarnya ia sedang sedih.
"Gadis payah! Kenapa harus menangisinya!" kilah Yeri saat memasuki jalanan menuju rumah.
Langkahnya sudah menepak di kawasan distrik dan sebentar lagi akan bertemu dengan blok rumahnya.
Di tengah-tengah Yeri berjalan terdengar samar-samar suara sirine ambulan yang lama-kelamaan semakin terdengar jelas.
Dan benar setelah beberapa saat ambulan dengan kecepatan tinggi itu terlihat keluar dari gang rumah kontrakan nenek dan baru saja melewati Kim Yeri yang tampak agak peduli beberapa saat sebelum melanjutkan langkahnya.
Sedikit aneh menurut Kim Yeri, mengingat ambulan itu barusan keluar dari gang rumahnya dan entah kenapa pikiran-pikiran aneh itu mulai menghantui isi kepala gadis Kim.
"Apa jangan-jangan," Yeri mencoba untuk tidak berpikiran negatif "Ah tidak-tidak itu bukan nenek." imbuhnya sebelum khawatir lagi-lagi menimpa dan ia pun langsung mempercepat langkahnya setengah berlari.
Begitu sampai di depan rumah Yeri pun mengetuk pintu rumah.
"Hana.."
"Hana-ya,"
Tok.. tok..
Tak kunjung mendapat balasan Yeri dengan gelisah menggedor-gedor pintu karena sangking khawatirnya dan mendapati rumahnya yang senyap seperti tidak ada kehidupan.
Dengan inisiatifnya sendiri Yeri mendobrak pintunya sekuat tenaga. Pun pintu rumahnya berhasil terbuka meskipun Yeri harus lecet sedikit.
Aroma anyir berbau darah menyengat merambat masuk ke penciuman gadis Kim. Dengan lantai yang tampak penuh deretan bekas darah menetes dan terseret dari arah pintu kamar yang membuat Yeri langsung membeku di tempatnya berdiri.
A-apa ini?
Yeri stagnan, maju beberapa langkah dengan langkah yang memelan dan hati-hati. Ia berpikiran bahwa ada maling yang membunuh neneknya atau membunuh Hana, Yeri meyakinkan langkahnya takut apabila penjahat tersebut masih bersembunyi di dalam rumah.
Namun begitu sampai tepat di depan pintu kamar sang nenek. Ia melihat jarum infus yang tercecer disana. Itukan milik neneknya, apa jangan-jangan praduga Kim Yeri benar tentang pembunuhan tersebut.
Dengan perlahan Yeri mendorong pintu kamar di depannya dan melihat langsung kondisi di dalam kamar alangkah terkejutnya Kim Yeri dengan satu tangannya menutup mulut tak percaya.
Air mata mengalir deras dari pelupuk mata gadis ini. Dengan cepat keluar dari rumah dan menutup pintu sebelum kembali ke jalanan mencari bus kota untuk menuju lokasi yang sudah di tuliskan Hana di atas kasur neneknya.
YERI!! AKU MEMBAWA NENEK KE RUMAH SAKIT TEMPAT BIASA NENEK DI RAWAT!! INI GAWAT!!
Pesan Hana pada secarik kertas berlumur darah yang amat menyedihkan.
"Nenek.. hiks.." tangis Yeri semakin pecah manakala mengetahui banyak sekali darah-darah yang berceceran di kamar neneknya itu.
Hari ini adalah kisah yang sedih dan Yeri tidak suka cerita sedih tapi ia harus sanggup untuk menjalani.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATED
Fiksi PenggemarSudah menjadi takdir Yeri saat bekerja di rumah sakit itu. Namun, ini bukanlah perkara mudah. Seorang suster di sebuah rumah sakit yang harus jatuh cinta kepada pasien nya. Tetapi, ini hanya settingan. Hingga Yeri mengaku bahwa benar-benar mencintai...