Bab 24

5.1K 527 23
                                    

Hati-hati typonya banyak.

Selamat membaca.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Waktu yang sudah terlewati adalah waktu yang tidak akan pernah mungkin kembali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktu yang sudah terlewati adalah waktu yang tidak akan pernah mungkin kembali lagi."

-after 30-

***

*

*

*

Damar memperhatikan rumah Naya yang masih gelap gulita di balik kemudi. Anggap saja kali ini dia mencari mati jika Ghani atau Bian mengetahui kehadirannya. Kali ini Damar sengaja memarkirkan mobil lebih dekat ke rumah tersebut.

Damar ingin melihat Naya lebih jelas. Memastikan gadis itu dalam keadaan baik-baik saja.

Beberapa saat Damar menyentuh plester yang membungkus luka gores dari serpihan vas bunga yang Gendis lemparkan melalui kaca spion. Gendis, sudah benar-benar menunjukkan sisi aslinya. Damar takut hal sama terjadi pada Naya. Dia berharap Gendis tidak berbuat nekat dan melakukan hal lebih gila pada Naya.

Sorot lampu yang datang dari arah berlawanan menerobos masuk menebus kaca mobil menyilaukan matanya. Damar menurunkan bagian depan topi yang dia pakai sampai menutup sebagian wajahnya.

Damar tidak banyak menebak siapa pemilik mobil itu, kerena dia tahu betul jika mobil itu milik Bian.

Setelah lampu mobil tersebut meredup pertanda berhenti, Damar menaikkan topinya lagi agar dapat melihat Naya yang sangat dia khawatirkan.

Beberapa saat tatapan Damar terpaku pada Naya yang baru keluar dari mobil dengan binar bahagia setelah Bian membukakan pintu.

Jika boleh meminta, Damar ingin apa yang dia lihat saat ini hanya mimpi. Setiap kali melihat Naya, rasa ingin kembali itu sangat besar. Tetapi, kenyataan menaparnya begitu keras. Naya sudah menjadi milik Bian.

Rasa rindu yang menggebu pada Naya hanya terpendam dalam hati. Kata menyesal sudah tidak terhitung lagi. Waktu yang sudah terlewati adalah waktu yang tidak akan pernah mungkin kembali lagi.

Semakin lama pandangan Damar mulai memburan. Tanpa sadar saat matanya berkedip cairan bening itu lolos begitu saja.
Hati Damar mungkin sudah kebas, dia menjadi terbiasa menikmati perihnya seorang diri tanpa ekspresi apapun.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang